Makalah Sejarah Peradaban Islam (Masa Nabi pada Fase Mekkah dan Madinah)

MASA NABI PADA FASE MEKKAH DAN MADINAH
MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Drs. Raito, M.Ag
Disusun oleh :
Kelompok 2
Ahmad Nurmajid
Indra Pebriansyah
Rifki M.Ramdani
Siti Napisah
Teja Tijaniyah
Wilma Siti Nurfadilah
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AL-MUSADDADIYAH GARUT



KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Alloh SWT  yang telah memberikan karunia dan nikmat-Nya kepada kita semua. Sholawat dan salam semoga selamanya tercurah limpahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa syariat Islam ke dunia ini.
Alhamdulillah akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Masa Nabi Pada Fase Mekkah dan Madinahyang merupakan salah satu tugas kelompok yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Metodologi Penulisan Karya Ilmiah
Tentunya pembahasan dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan.
Semoga apa yang telah kami susun bisa bermanfaat khusunya bagi kami, umumnya bagi rekan-rekan mahasiswa.






                                              Garut,Oktober 2018



                                                      Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
      A.    Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
      B.     Rumusan Masalah ..................................................................... 1
      C.     Tujuan Penulisan ....................................................................... 1
      D.    Manfaat Penulisan ..................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
      A.    Fase Mekkah
1.      Sistem Dakwah Rasulullah................................................... 3
2.      Pendidikan Islam Di Makkah............................................... 4
      B.     Fase Madinah
1.      Pembentukan Sistem Sosial, Politik dan Ekonomi............... 6
2.      Sistem Militer....................................................................... 8
3.      Sumber Keuangan Negara.................................................... 8
BAB III PENUTUP
      A.    Kesimpulan ............................................................................... 10
      B.     Saran ......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Mengenai fase sejarah Nabi Muhammad SAW tentang perjalanan dakwah dari Mekkah ke Madinah beliau mengalami berbagai hambatan dalam melaksanakan kewajibannya untuk menyebarkan agama islam. Waktu itu beliau mengalami hambatan yang luar biasa terutama ketika di Mekkah dengan keadaan masyarakat Mekkah pada waktu itu tidak bisa dibayangkan oleh akal dan pikiran. Keadaan yang sangat mencengangkan betapa beratnya kedzoliman-kedzoliman seolah hal yang sangat biasa, seperti judi, mabuk-mabukan, menyembah berhala dengan memuja patung, sehingga ketika beliau menyampaikan ajaran agama islam mendapat  suatu kesabaran yang sangat luar biasa tidak sebanding dengan perlakuan orang-orang di Mekkah terhadap beliau sampai terjadi pelemparan kotoran unta keanggota tubuh beliau, dengan kesabarannya berhasil menyampaikan ajaran agama islam tahap demi tahap. Sehingga waktu itu beliau berhasil diperiode Mekkah dengan penyempurnaan Tauhid selama 13 tahun lamanya.
Setelah berhasilnya periode Mekkah Nabi SAW memutuskan untuk hijrah ke Madinah dengan tujuan untuk menyebarluaskan, waktu itu disebut dengan hijrahnya kaum ansor dan disambut oleh kaum muhajirin .perbedaan yang sangat menonjol ketika beliau menyampaikan ajaran agama islam yang sangat berat yaitu di Mekkah sedangkan di Madinah hanya membangun tentang sosial kehidupan seperti masalah kesejahteraan, politik dan budaya selama 10 tahun.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Masa Nabi pada Fase Mekkah ?
2.      Bagaimana Masa Nabi pada Fase Madinah ?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengrtahui sistem dakwah Nabi Muhammad fase di Mekkah
2.      Untuk mengetahui sistenm dakwah Nabi Muhammad fase di Madinah
D.    Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mengatahui dan memahami kajian teoritis mengenai Sistem dakwah nabi pada fase Mekkah dan Madinah bagi pembaca khususnya Mahasiswa/i Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Musaddadiyah (STAIM) Garut.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Fase Mekkah
1.      Sistem Dakwah Rasulullah SAW
Rasulullah saw. lahir dan berkembang di Mekkah yang masyarakatnya sedang mengalami masa transisi yang hebat dalam berbagai bidang, seperti sosial, agama dan politik. Ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad pada umumnya merupakan keinginan untuk memperbaiki dan menyelamatkan masyarakat Mekkah dalam menjalani masa transisi ini.
Dalam faktanya, Nabi Muhammad saw. tidak bisa menjalankan dakwahnya  secara efektif yang membuahkan hasil yang memuaskan. Beberapa kondisi ikut melatari ketidakefektifan dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah. Penganut yang berhasil dipengaruhi oleh Nabi Muhammad pun tidak seberapa jumlahnya karena memang beliau tidak bisa melaksanakan dakwahnya secara terang-terangan. Akhirnya beliau pun dakwah secara sembunyi-sembunyi, hal ini telah di ketahui oleh kaum Quraisy, akan tetapi dalam fase seruan dengan cara sembunyi ini Quraisy tidak memperdulikannya karena mereka sungguh tidak mengira bahwa seruan itu akan hidup dan kuat, dan akan di anut oleh orang yang banyak.
Ada beberapa fase yang dijalani oleh Nabi Muhammad SAW dalam memulai dan mengembangkan ajaran yang beliau bawa.
a)      Fase Dakwah secara Sembunyi-sembunyi
Pada fase ini Rasul hanya mengajak kerabat-kerabatnya untuk ikut memelukm agama Islam yang beliau bawa. Mereka diseru untuk meyakini ajaran-ajaran pokok yang terkandung dalam wahyu yang ia terima.
Pada fase ini, beliau berhasil mengajak beberapa orang untuk memeluk agama Islam, seperti Istrinya, Ali bin Abi Thalib, Zaid, Abu Bakar. Tidak lama setelah mereka menganut agama Islam, barulah kemudian beberapa orang dengan jumlah yang lebih banyak mau menerima ajakan Muhammad untuk memeluk agama Islam.
b)     Fase Dakwah Terang-Terangan
Ada dua fase yang dijalani oleh Rasulullah pada saat itu, yang pertama adalah menjalankan dakwah dengan mengajak kerabatnya dengan terang-terangan. Setelah menerima perintah untuk berdakwah secara terang-terangan kepada kerabatnya, maka Rasulpun lalu menyeru mereka di bukit Shafa.
Fase selanjutnya adalah menyeru tidak hanya kerabatnya akan tetapi semua orang. Fase ini dimulai dengan turunnya ayat Al-Quran surah Al-Hijr : 94. Setelah turunnya ayat ini, mulailah Rasulullah saw. menyerukan agama islam kepada semua orang, hingga penduduk luar Mekkah yang datang untuk mengunjungi Ka’bah.
Kemudian sesudah Rasulallah mulai menyeru dengan terang-terangan, maka kaum quraisy menyatakan tantangannya terhadap agama baru itu. Dan mereka coba hendak memebunuh agama ini dengan cara apapun.
2.      Pendidikan Islam Di Makkah
a)      Pendidikan tauhid dalam teori dan praktek
Intisari pendidikan islam pada periode Makkah adalah ajaran tauhid. Pendidikan tauhid merupakan perhatian utama Rasulallah ketika di Makkah. Pada saat itu masyarakat jahiliyah sudah banyak yang menyimpang pada ajaran tauhid yang telah di bawa oleh nabi ibrahim. Karena tauhid merupakan pondasi yang paling dasar, maka harus di tata dulu dengan kuta.
Pokok-pokok ajaran ini sebagaimana tercermin dalam surat Al-Fatihah, yang pokok-pokoknya sebagai berikut :
1)      Bahwa Allah SWT adalah pencipta alam semesta yang sebenarnya. Itulah sebabnya, maka beliaulah yang berhak mendapatkan segala pujian.
2)      Bahwa Allah telah memberikan nikmat, memberikan segala keperluan kepada makhluknya dan khusus bagi manusia di tambah dengan petunjuk dan bimbingan agar mendapat kebahagiaan di dunia dan di akherat.
3)      Bahwa Allah adalah raja di kemudian hari yang akan memperhitungkan amal perbuatan manusia di bumi ini.
4)      Bahwa Allah adalah sesembahan yang sebenarnya dan yang satu-satunya. hanya kepada Allah segala bentuk pengabdian di tunjukan.
5)      Bahwa Allah adalah penolong yang sebenarnya, dan oleh karena itu hanya kepadanyalah manusia meminta pertolongan.
6)      Bahwa Allah lah yang sebenarnya membimbing dan memberi petunjuk kepada manusia dalam mengarungi kehidupan manusia yang penuh rintangan-tantangan dan godaan.
b)     Pengajaran Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan intisari dan ajaran pokok dari ajaran islam yang di sampaikan Nabi Muhammad Saw kepada umat. Tugas Muhammad di samping mengajarkan Tauhid juga mengajarkan Al-Qur’an kepada umatnya agar secara utuh dan sempurna menjadi milik umatnya yang selanjutnya akan menjadi warisan secara turun menurun dan menjadi pegangan serta pedoman hidup bagi kaum muslimin sepanjang zaman.
Rasulallah bersabda “Aku tinggalkan dua perkara, apabila kamu berpegang teguh kepadanya, maka kamu tidak akan tersesat, yaitu Al-Qur’an dan sunnah”. Semua yang di sampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya adalah berdasarkan Al-Qur’an. Bahkan di katakan dalam sebuah hadits, bahwa akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an. Apa yang di contohkan oleh beliau adalah cerminan dari isi Al-Qur’an.



B.     Fase Madinah
Setelah peristiwa isra’ dan mi’raj, ada suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah islam. Perkembangan mana datang dari jumlah penduduk yatsrib yang berhaji ke mekkah. Tatkala gejala-gejala kemenangan di yatsrib (madinnah) Nabi menyuruh para sahabatnya untuk pindah kesana dalam waktu dua bulan hampir semua kaum muslimin kurang lebih 150 orang, telah meninggalkan kota mekah untuk mencari perlindungan kepada kaum muslimin yang baru masuk ke yatsrib.
Dalam perjalanannya mengemban wahyu allah, Nabi memerlukan suatu strategi yang berbeda dimana pada waktu di mekah Nabi lebih menonjolkan dari segi tauhid dan perbaikan akhlak, tetapi ketika di madinnah Nabi lebih banyak berkecimpung dalam pembinaan atau pendidikan sosial masyarakat karena disana beliau di angkat sebagai Nabi sekaligus sebagai kepala negara.
Persoalan yang di hadapi oleh Nabi ketika di madinnah jauh lebih kompleks di banding ketika di mekah. Di sini umat islam sudah berkembang pesat dan harus hidup berdampingan dengan sesama pemeluk agama yang lain, seperti yahudi dan nasrani. Oleh karena itu pendidikan yang di berikan oleh Nabi juga mencangkup urusan-urusan muamalah atau tentang kehidupan masyarakat dan politik.
Setelah nabi berhijrah ke madinah, dan manusia telah berbondong-bondong masuk ke agama islam, mulailah Nabi membentuk suatu masyarakat baru, dan meletakan dasar-dasar untuk suatu masyarakat yang besar yang sedang di tunggu-tunggu oleh sejarah.
1.      Pembentukan Sistem Sosial, Politik dan Ekonomi
Islam adalah agama dan sudah sepantasnya jika dalam negara di letakan dasar-dasar islam maka turunlah ayat-ayat Al-Qur’an pada periode ini untuk membangun legalitas dari sisi-sisi tersebut sebagaimana di jelaskan oleh Rasulallah dengan perkataan dan tindakannya hiduplah kota madinnah dalam sebuah kehidupan yang mulia dan penuh dengan nilai-nilai utama. Terjadi sebuah persaudaraan yang jujur dan kokoh, ada solideritas yang erat di antara anggota masyarakatnya. Dengan demikian berarti bahwa inilah masyarakat islam pertama yang di bangun Rasulallah dengan asas-asasnya yang abadi.
Rasulullah membangun tempat-tempat ibadah yang selain di dalamnya bertujuan untuk ibadah tetapi juga untuk mempersatukan kaum muslimin dengan musyawarah dalam merundingkan masalah-masalah yang di hadapi. Selain itu menjadi pusat pemerintahan yang mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshar. Persaudaraan di harapkan dapat mengikat kaum muslimin dalam persaudaraan dan kekeluargaan. Rasulallah juga membentuk persaudaraan yang baru yaitu persaudaraan seagama, di samping persaudaraan yang sudah ada sebelumnya, yaitu bentuk persaudaraan berdasarkan darah. Dan membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama islam serta membentuk pasukan tentara untuk mengantisipasi gangguan-gangguan yang di lakukan oleh musuh.
Mengomentari tentang perubahan nama yatsrib menjadi madinnah, dalam pandangan nurkholis madjid, bahwa agenda-agenda politik kerasulan telah di letakan dan beliau bertindak sebagai utusan Allah, kepala negara, komandan tentara dan pemimpin kemasyarakatan. Semua yang di lakukan oleh Nabi Muhammad Saw di kota hijrah itu merupakan refleksi dari ide yang terkandung dalam perkataan Arab madinnnah dalam arti itu sama  dengan hadharah dan tsaqarah, yang masing-masing sering di terjemahkan, berturut-turut peradaban dan kebudayaan, tetapi secara etimologis mempunyai arti pola kehidupan menetap sebagai lawan badawah yang berarti ”pola kehidupan mengembara”, nomad. Oleh karena itu perkataan madinnah dalam peristilahan moderen menunjuk pada semangat dan pengertian civil society, suatu istilah inggris yang berarti “masyarakat sopan, beradab, dan teratur” dalam bentuk negara yang baik. Dalam arti inilah harus di pahami kata-kata hikmah dalam bahasa Arab, (Al insanu madniy-un bi ath thab’i)”manusia menurut naturnya adalah bermasyarakat budaya” .
2.       Sistem Militer
Nabi Muhammad SAW tidak mempunyai sengketa dengan siapapun baik orang quraisy, yahudi atau suku lain di negeri Arab. Beliau adalah seorang yang penuh kebajikan yang mengajak mereka untuk kembali kejalan Allah, jalan ketakwaan, kebajikan dan keadilan.
Suku quraisy menentangnya dan menimbulkan kesulitan yang hebat atas dirinya dan diri para pengikutnya. Sampai mereka terpaksa meninggalkan kota kediamannya dan mencari perlindungan di Madinnah. Tetapi mereka tidak membiarkannya untuk hidup damai di sana dan menyerang mereka dengan bantuan suku arab lainnya dalam rangka memusnahkan mereka dan kepercayaannya.dalam keadaan demikian kalau tidak ada alternatif lain kecuali mati atau perlawanan teratur untuk mempertahankan kepercayaannya. Maka Nabi Muhammad SAW  memilih yang terakhir. Tujuannya bukanlah untuk membunuh, tetapi untuk mengajak manusia ke jalan kehidupan yang benar. Dan dasar dari kebijaksanaan perangnya adalah untuk melemahkan musuh sehingga mereka dapat mengakhiri perlawanan, penolakannya, permusuhannya terhadap tugas nabi dan bekerja sama dan hidup dalam damai.
3.      Sumber Keuangan Negara
Dalam Al-Qur’an dan hukum islam di kemukakan bahwa sumber keuangan umat islam yang utama adalah zakat dan shadaqoh, yang di ambil dari kaum muslimin sendiri dan di daya gunakan untuk berbagai hal, khususnya untuk kaum miskin dan perjuangan di jalan Allah.
Namun dengan semakin luasnya kawasan dunia islam, sumber keuangan khalifah menjadi berbeda. Para khalifah tidak lagi mendasarkan diri pada zakat dan shadaqoh, yang pernah menjadi pemicu kemurtadan sekelompok orang dan hampir memecah belah kesatuan umat islam yang baru tumbuh. Sumber khalifah kini di gali dengan di dasarkan pada sistem keuangan byzantium dan lain-lainnya. Sehingga, di tangan kaum muslimin waktu itu, sistem keungan dan sumber pendapatan negara mengalami perkembangan besar.
Pendapatan khilafah islam, pertama-tama di dasarkan pada sistem perpajakan yang berasal dari yunani dan di kenal oleh kaum muslimin dengan sebutan Al-kharraj. Pajak ini di kenakan terhadap bumi dan lahan pertanian kawasan-kawasan baru milik orang-orang byzantium dan persia. Bumi dan barang-barang tersebut tetap menjadi hak milik mereka sesuai debgan ketentuan akidah islam yang menghormati hak milik pribadi.
Ketika dinasti abasyiah muncul, sistem tersebut mengalami perubahan. Bumi pada masa ini berubah menjadi milik negara, bukan milik umat islam lagi. Negara pun menjadi berhak sepenuhnya atas bumi.akan tetapi sistem ini tidak membuat para petani menjadi budak dan tidak membatasi kegiatan mereka seperti halnya yang terjadi di eropa.
Dalam kaitannya dengan urusan keuangan silam, perlu di kemukakan pula sistem keuangan islam. Pada mulanya mata uang yang di pakai bukan berasal dari kawasan dunia islam, sebab ketika kaum muslimin baru melebarkan sayapnya, mereka belum lagi mengenal industri mata uang islam. Karenanya pada mulanya mereka tetap memakai mata uang yang di pakai sebelumnya di kawasan-kawasan baru yang mereka kuasai.
Mata uang yang benar-benar bercorak islami barulah dibuat pada masa khalifah Abdul Malik Bin Marwan. Pembuatan mata uang masa itu di dasarkan pemikiran bahwa mata uang selain memiliki nilai ekonomis juga sebagai pernyataan kedaulatan dinasti islam.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Pada fase Mekkah ada beberapa fase yang dijalani oleh Nabi Muhammad SAW dalam memulai dan mengembangkan ajaran yang beliau bawa, diantaranya:
a)      Sistem dakwah Rasulullah
Ø  secara Sembunyi-sembunyi
Ø  secara Terang-terangan
b)      Pendidikan Islam Di Makkah
Ø  Pendidikan tauhid dalam teori dan praktek
Ø  Pengajaran Al-Qur’an
2.      Setelah nabi berhijrah ke madinah, dan manusia telah berbondong-bondong masuk ke agama islam, mulailah Nabi membentuk suatu masyarakat baru dan meletakan dasar-dasar untuk suatu masyarakat yang besar yang sedang di tunggu-tunggu oleh sejarah, diantaranya:
a)      Pembentukan Sistem Sosial, Politik dan Ekonomi
b)      Sistem Militer
c)      Sumber Keuangan Negara
B.     Saran
Kami sebagai penulis menyadari betul dan meyakini bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah yang kami buat. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari Dosen pengampu ataupun pembaca khususnya Mahasiswa/i Seekolah Tinggi Agama Islam Al-Musaddadiyah (STAIM) Garut agar lebih baik lagi dalam penulisan karya ilmiah yang kami buat.




DAFTAR PUSTAKA





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Naskah Pembawa Acara Bahasa Sunda

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI PADA LINGKUNGAN KELUARGA, LINGKUNGAN SEKOLAH DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT (TRI PUSAT PENDIDIKAN)

Biografi dan Pemikiran Howard Gardner