Resume Buku Pengembangan Kurikulum PAI BAB 6


BAB 6
MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Siti Nafisah
NPM: 17210030
PAI A-6
STAI AL-MUSADDADIYAH GARUT
Dosen: Ceceng Salamudin, M.Ag

Dalam merealisasikan proses pengembangan kurikulum diperlukan suatu model pengembangan kurikulum dengan pendekatan yang sesuai. Pada prinsipnya pengembangan kurikulum berkisar pada pengembangan aspek ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimbangi dengan perkembangan pendidikan.
Kegiatan pengembangan kurikulum sekolah memerlukan model yang dijadikan lambang teoritis untuk melaksanakan suatu kegiatan. Model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar. Dalam kegiatan pengembangan kurikulum, model merupakan ulasan teoritis tentang proses pengembangan kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula hanya mencakup salah satu komponen kurikulum.

A.    Model Pengembangan Kurikulum Rogers
Model yang dikemukakan oleh Rogers berguna bagi para pengajar di sekolah ataupun di perguruan tinggi. Model pengembangan kurikulum Rogers ini terdapat 4 Model, antara lain sebagai berikut:
1.      Model I (model yang paling sederhana) menggambarkan bahwa kegiatan pendidikan semata-mata terdiri atas kegiatan memberikan informasi (isi pelajaran) dan ujian. Hal itu berdasarkan asumsi bahwa pendidikan adalah evaluasi dan evaluasi adalah pendidikan, serta pengetahuan adalah akumulasi materi dan informasi. model tersebut merupakan model tradi- sional yang masih dipergunakan, dapat digambarkan sebagai berikut:
2.      Model II. Dalam pengembangan kurikulum pada model II di atas sudah dipikirkan pemilihan metode yang efektif bagi berlangsungnya prosesnya pengajaran. Di samping itu, bahan pelajaran juga sudah disusun secara sistematis, dari yang mudah ke yang lebih sukar dan juga memperhatikan luas dan dalamnya suatu bahan pelajaran. Akan tetapi, model II belum memperhatikan masalah teknologi pendidikan yang sangat menunjang keberhasilan kegiatan pengajaran.
3.      Model III. Pengembangan kurikulum ini merupakan penyem- purnaan model II yang belum dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan (5) dan (6), yaitu dengan memasukkan unsur teknologi pendidikan ke dalamnya. Hal itu berdasarkan pertimbangan bahwa teknologi pendidikan merupakan faktor yang sangat menunjang dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. dengan memasukkan unsur teknologi Pendidikan.


4.      Model IV. pengembangan kurikulum merupakan penyempurnaan model III, yaitu dengan memasukkan unsur tujuan ke dalamnya. Tujuan organi- sasi bahan, teknologi pengajaran, isi pelajaran maupun kegiatan penilaian yang dilakukan. Dengan masukkan komponen tujuan tersebut, model IV pengembangan kurikulum yang dimaksud dapat digambarkan sebagai berikut:



B.     Model Pengebangan Kurikulum Zais
1.      Model Administrative
Model administrative sering pula disebut sebagai model garis dan staf atau model dari atas ke bawah.
Pengembangan kurikulum model administrative menekankan kegiatannya pada orang-orang yang terlibat sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Karena pengarahan kegiatan berasal dari atas ke bawah, pada dasarnya model ini mudah dilaksanakan pada negara yang menganut sistem sentralisasi dan negara yang kemampuan professional tenaga pengajarnya masih rendah. Kelemahan model ini terletak pada kurang pekanya terhadap perubahan masyarakat, di samping juga karena kurikulum ini biasanya bersifat seragam secara nasional, sehingga kadang-kadang melupakan atau mengabaikan kebutuhan dan kekhususan pada tiap daerah.
2.      Model dari Bawah (Gree-Roots)
Jika pada model administratif kegiatan pengembangan kurikulum berasal dari atas, pada model yang kedua ini, justru berasal dari bawah, yaitu para pengajar yang merupakan pelaksana kurikulum di sekolah-sekolah.
Pengembangan kurikulum model dari bawah ini menuntut adanya kerja antarguru, antarsekolah secara baik, disamping harus ada juga kerja sama antarpihak di luar sekolah khususnya orang tua murid dan masyarakat. Pada pelaksananya, para administrator cukup memberikan bimbingan dan dorongan kepada para staf pengajar, setelah menyelesaikan tahap tertentu, biasanya diadakan lokakarya untuk membahas hasil yang telah dicapai, dan merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan selanjutnya. Pengikut lokakarya di samping para pengajar dan kepala sekolah, juga orang tua dan anggota masyarakat lainnya, serta para konsultan dan para narasumber yang lain.
3.      Model Beauchamp
Pengembangan kurikulum model Beauchamp memandang kurikulum dalam prosesnya secara menyeluruh. Keuntungan model ini terutama adalah adanya penegasan arena, yang akan mempermudah dan menjelaskan ruang lingkup kegiatan. Kekurangannya, seperti halnya model administratif, adalah kurang pekanya terhadap perubahan masyarakat dan kurang memperhatikan daerah yang antara satu dengan lainnya menuntut adanya kekhususan-kekhususan tertentu.
4.      Model Terbalik Hilda Taba
Pengembangan kurikulum model terbalik berusaha mendekatkan kurikulum realitas dengan pelaksanaannya, yaitu melalui pengujian terlebih dahulu oleh staf pengajar yang professional. Dengan demikian model ini benar-benar memadukan teori dan praktek. Akan tetapi, dan ini dipandang sebagai kelemahannya model tersebut sulit diorganisasikan karena menuntut kemampuan teoritis dan professional yang tinggi dari staf pengajar dan administrator pelaksana.

C.    Model Pengembangan Kurikulum Rapl Tyler
Sebagai bapak pengembangan kurikulum, Tyler telah menanamkan perlunya hal yang lebih rasional, sistematis, dan pendekatan yang berarti dalam tugas mereka. Sama halnya dengan itu, beberapa penulis lain berpendapat bahwa Tyler tidak menjelaskan sumber tujuan secara memadai. Tetapi, sebenarnya Tyler telah membahas hal itu dalam satu buku utuh. Dia telah menguraikan dan menganalisis sumber-sumber tujuan yang datang dari anak didik, mempelajari kehidupan kontemporer, mata pelajaran yang bersifat akade- mik, filsafat, dan psikologi belajar.

D.    Model Pengembangan Kurikulum D.K. Wheeler
Dalam bukunya yang cukup berpengaruh, Curriculum Process, Wheeler (1967) mempunyai argumen tersendiri agar pengembangan kurikulum (curriculum developers) dapat menggunakan suatu proses melingkar (a cycle process), yang mana setiap elemen saling berhubungan dan saling bergantung.
Langkah-langkah atau phases Wheeler adalah:
1.      Seleksi maksud, tujuan, dan sasarannya.
2.      Seleksi pengalaman belajar untuk membantu mencapai maksud, tujuan, dan sasaran.
3.      Seleksi isi melalui tipe-tipe tertentu dari pengalaman yang mungkin ditawarkan.
4.      Organisasi dan integrasi pengalaman belajar dan isi yang berkenaan dengan proses belajar mengajar.
5.      Evaluasi setiap fase dan masalah tujuan-tujuan.

E.     Pengembangan Kurikulum Audery dan Howard Nichollas
Nicholls menitikberatkan pada pendekatan pengembangan kuriku- lum yang rasional, khususnya kebutuhan untuk kurikulum baru yang muncul dari adanya perubahan situasi. Terdapat lima langkah atau tahap yang diperfukan dalam proses Pengembangan secara kontinu. Langkah-langkah tersebut menurut Nichollas adalah:
1.      Analisis situasi
2.      Seleksi tujuan
3.      Seleksi dan organisasi isi.
4.      Seleksi dan organisasi mode
5.      Evaluasi.

F.     Model Pengembangan Kurikulum Decker Walker
Pada awal tahun 1970, Decker Walker berpendapat bahwa objectives atau rational model dalam proses kurikulum ini tidak menerima pendapat dalam literature yang tidak populer. Walker berpendapat bahwa para pengembang kurikulum tidak mengikuti pendekatan yang telah ditentukan dari urutan yang rasional dari elemen-elemen kurikulum ketika mereka mengembangkan kurikulum. Lebih baik memprosesnya melalui tiga fase di dalam persiapan natural daripada dalam kurikulum.

G.    Model Pengembangan Kurikulum Malcolm Skilbeck
Malcolm Skilbeck, direktur pusat pengembangan kurikulum Australia, mengembangkan suatu interaksi alternative atau model dinamis bagi proses kurikulum. Dalam sebuah artikelnya, Skillbeck (1976) menganjurkan suatu pendekatan dalam mengembangkan kurikulum pada tingkat sekolah. Pendapatnya mengenai sekolah didasarkan pada pengembangan kurikulum (SBCD), sehingga Skilbeck memberikan suatu modal yang membuat pendidik dapat mengembangkan kurikulum secara tepat realistis. Dalam hal ini, Skilbeck mempertimbangkan model dynamic in nature.
Suatu hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa model ini tidak mengisyaratkan suatu alat. Tujuannya adalah menganalisis secara keselu- ruhan; tetapi secara simbol telah mendorong teams atau groups dari para pengembang kurikulum untuk lebih memerhatikan perbedaan-perbedaan elemen dan aspek-aspek pengembangan proses kurikulum, agar bisa melihat proses bekerja dengan cara sistematik dan moderat. Walker dan Skilback merupakan pendukung utama dynamic or interaction model.

H.    The Demonstration Model
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass roots, datang dari bawah. Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya berskala kecil, hanya mencakup suatu atau beberapa sekolah, suatu komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kuriku- lum. Karena sifatnya ingin mengubah atau mengganti kurikulum yang ada, pengembangan kurikulum sering mendapat tantangan dari pihak-pihak tertentu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Naskah Pembawa Acara Bahasa Sunda

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI PADA LINGKUNGAN KELUARGA, LINGKUNGAN SEKOLAH DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT (TRI PUSAT PENDIDIKAN)

Biografi dan Pemikiran Howard Gardner