IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI PADA LINGKUNGAN KELUARGA, LINGKUNGAN SEKOLAH DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT (TRI PUSAT PENDIDIKAN)


IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI PADA LINGKUNGAN KELUARGA, LINGKUNGAN SEKOLAH DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT (TRI PUSAT PENDIDIKAN)
TUGAS MANDIRI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti UAS (Ujian Akhir Semester) pada mata kuliah Pendidikan Nilai
Dosen Pengampu : Husnan Sulaiman, M.Ag


Oleh :
Siti Napisah
NIM : 17210030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEMESTER IV
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AL-MUSADDADIYAH GARUT
Jl. Mayor Syamsu No. 1 Tlp. (0262)238585 Jayaraga Garut 44151
2019 M / 1440 H






MOTTO
اِعۡمَلۡ لِدُنۡيَكَ كَاَنَّكَ تَعِيۡشُ اَبَدًا , وَاعۡمَل لِاٰخِرَتِكَ كَاَنَّكَ تَمُوۡتُ غَدًا
Artinya:
Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok”.




PENGESAHAN
Makalah dengan judul “Implementasi Pendidikan Nilai pada Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah dan Lingkungan Masyarakat
(Tri Pusat Pendidikan)”
Oleh
Siti Napisah
NIM : 17210030
telah disahkan dan disetujui oleh,
Dosen mata kuliah Pendidikan Nilai
Sebagai syarat untuk mengikuti UAS (Ujian Akhir Semester) IV
2019







            Pemakalah
                     Dosen Mata Kuliah,



           Siti Napisah




                   Husnan Sulaiman, M.Ag



PERNYATAAN KEASLIAN

Makalah dengan judul “Implementasi Pendidikan Nilai Pada Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah Dan Lingkungan Masyarakat (Tri Pusat Pendidikan)” ini, adalah benar benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau peniruan yang bertentangan dengan prinsip dan etika keilmuan yang berlaku di tengah masyarakat keilmuan.
Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran-pelanggaran yang ditemukan dalam karya saya ini, maka saya siap menerima sanksi berupa tidak memperoleh nilai UAS (Ujian Akhir Semester) pada semester IV sesuai dengan pernyataan saya tersebut diatas.










            Pemakalah
                     Dosen Mata Kuliah,



           Siti Napisah




                   Husnan Sulaiman., M.Ag



KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan taufiq-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Implementasi Pendidikan Nilai pada Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah dan Lingkungan Masyarakat (Tri Pusat Pendidikan) “. Berbagai hambatan yang penulis hadapi selama ini dan merupakan bagian dari proses pembelajaran, dengan sepenuh hati penulis menyadari semua ini adalah berkat pertolongan-Nya.
Penulis juga menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat berjalan baik berkat dukungan, dorongan, motivasi, serta kerja sama dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.   Husnan Sulaiman., M.Ag selaku Dosen Mata kuliah Pendidikan Nilai Sekolah Tinggi Agama  Islam Al-Musaddadiyah (STAIM) Garut.
2.   Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan tugas mandiri ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya bagi Mahasiswa/i Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIM) Garut. Penulis menyadari betul bahwa tugas mandiri ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen mata kuliah saya meminta masukan demi perbaikan pembuatan makalah di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Garut, April 2019
Penyusun

Siti Nafisah
NIM: 17210030



DAFTAR ISI
MOTTO ................................................................................................................... i
PENGESAHAN ..................................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN.............................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah......................................................................................... 4
C.     Tujuan Penulisan........................................................................................... 4
D.    Manfaat Penulisan......................................................................................... 5
E.     Sistematika Penulisan.................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A.    Pengertian Pendidikan Nilai pada Lingkungan Keluarga, Sekolah
dan Masyarakat ............................................................................................ 7
B.     Implementasi Pendidikan Nilai pada Lingkungan Keluarga ...................... 15
C.     Implementasi Pendidikan Nilai pada Lingkungan Sekolah ........................ 19
D.    Implementasi Pendidikan Nilai pada Lingkungan Masyarakat .................. 24
E.     Membangun Sinergitas antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
tentang Tujuan dan Manfaat Pendidikan Nilai ........................................... 25
BAB III ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI PADA LINGKUNGAN KELUARGA, LINGKUNGAN SEKOLAH DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT (TRI PUSAT PENDIDIKAN)
A.    Pengertian Pendidikan Nilai pada Lingkungan Keluarga, Sekolah
dan Masyarakat ........................................................................................... 31
B.     Implementasi Pendidikan Nilai pada Lingkungan Keluarga ...................... 34
C.     Implementasi Pendidikan Nilai pada Lingkungan Sekolah ........................ 36
D.    Implementasi Pendidikan Nilai pada Lingkungan Masyarakat .................. 37
E.     Membangun Sinergitas antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
tentang Tujuan dan Manfaat Pendidikan Nilai............................................ 38
BAB IV PENUTUP
A.    Kesimpulan ................................................................................................. 39
B.     Saran ........................................................................................................... 41
C.     Rekomendasi ............................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA 




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses yang dirancang dan direncanakan baik oleh individu, kelompok, maupun instansi lembaga pendidikan formal, informal maupun nonformal yang dituntut untuk memberikan suatu nilai dedikasi dan pengetahuan kepada orang lain sehingga mampu mempunyai dasar ilmu pengetahuan serta keterampilan yang dapat dibutuhkan oleh dirinya maupun orang lain.
Adapun dengan adanya pendidikan nilai, seseorang mampu membentuk serta menciptakan karakter, kepribadian, etika serta moral bangsa yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam mewujudkan bagaimana menjadi manusia yang seutuhnya dengan dasar-dasar nilai yang telah tertanam dalam jiwa dan raga. Jadi pendidikan nilai adalah bentuk kegiatan pengembangan ekspresi nilai-nilai yang ada melalui proses sistematis dan kritis sehingga mereka dapat meningkatkan atau memperbaiki kualitas kognitif dan afektif peserta didik.
Dalam hal ini, pendidikan nilai berarti menumbuhkan kepribadian serta menanamkan rasa tanggung jawab sehingga pendidikan terhadap diri manusia adalah laksana makanan yang berfungsi memberi kekuatan, dan perbuatan untuk mempersiapkan generasi yang menjalankan kehidupan guna memenuhi tujuan secara efektif dan efisien.
Pendidikan nilai dapat diperoleh melalui tiga pusat pendidikan, yakni pendidikan nilai yang diterapkan pada lingkungan keluarga kemudian masuk ke dalam suatu lembaga  pendidikan formal yang dinamakan dengan sekolah, dan yang selanjutnya seorang anak akan masuk ke dalam dunia yang lebih kompleks yakni di lingkungan masyarakat.
Tiga unsur ini lebih dikenal juga dengan istilah tripusat pendidikan utama bagi tiap pribadi. Dengan segala macam bidang yang termasuk didalamnya, tripusat ini bisa juga menjadi kebutuhan yang wajib dan tidak boleh tidak untuk dijalani demi mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang arif dan bijaksana. Dari ketiga lingkungan itulah kita mendapatkan pendidikan. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama untuk kelancaran pendidikan. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan setelah keluarga. Lingkungan masyarakat tempat mendapatkan informasi, edukasi, dan rekreasi. Nilai-nilai pendidikan sendiri adalah suatu makna dan ukuran yang tepat dan akurat yang mempengaruhi adanya pendidikan itu sendiri.
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang hidup bersama dan saling berinteraksi dengan penuh ikatan emosional. Seringkali sikap dan perilaku orang tua yang baik dan benar, tanpa disadari justru menghalangi terwujudnya pembentukan nilai-nilai moral yang baik bagi anak. Perilaku anak yang cenderung lekas marah, kurang hormat terhadap orang tua, bersikap kasar, kurang disiplin merupakan faktor utama dalam menentukan anak dalam menghadapi krisis moral.
Implementasi pendidikan nilai di lingkungan keluarga sangat penting sebagai peletak dasar dalam memberikan bimbingan, arahan, nasehat, pembentukan disiplin yang berlandaskan nilai-nilai moral harus senantiasa ditanamkan dan dikembangkan oleh orang tua terhadap anak dalam kehidupan keluarga.Walaupun waktu sangat minimal yang dimiliki oleh orang tua harap dipergunakan dengan sebaik-baiknya disadari pula bahwa pada umumnya secara realitas sangat sibuk maka kolaboratif, kordinatif perlu kedua belah pihak dalam pembentukan nilai-nilai moral anak.
Penanaman nilai kehidupan kepada anak didik membutuhkan keteladanan dari guru, orangtua, dan masyarakat. Penanaman nilai-nilai tersebut tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat sehingga dengan keteladanan dan pendidikan nilai-nilai kehidupan menuju manusia Indonesia yang bermartabat dan berbudaya akan terwujud.[1]
Selain penanaman pendidikan nilai di lingkungan keluarga, nilai-nilai moralitas juga dapat dilakukan di lingkungan sekolah sebagai pusat pendidikan bagi seorang anak untuk membentuk nilai-nilai peserta didik berbasis karakter atau character building. Oleh karena itu pendidikan nilai pada lingkungan sekolah merupakan suatu langkah pembinaan atau pembimbingan nilai-nilai moralitas baik itu yang berhubungan dengan etika, sifat, karakter, maupun kepribadian seorang peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan formal yang diterapkan melalui kegiatan belajar mengajar.
Selain institusi keluarga dan sekolah, masyarakat juga memiliki peran dan tanggung jawab besar atas terselenggaranya pendidikan nilai yang diperlukan untuk kehidupan bersama di masyarakat seperti nilai-nilai: kesusilaan, kesopanan, kemanusiaan, tolerasi, kebersamaan, perdamaian, kasih-sayang, kebenaran, keadilan, kesatuan dan lain sebagainya. Eksistensi dan pengembangan nilai-nilai dimaksud diperlukan sebagai acuan, orientasi, sandaran, dan pengikat kehidupan bersama  masyarakat.
Penanaman nilai-nilai dimaksud, biasanya dilakukan dengan cara memperkuat pranata sosial yang ada seperti: menjunjung tinggi nilai-nilai dasar disepakati, memperkuat perangkat nilai yang ada, mengembangkan sistem dan kelembagaan nilai yang diperlukan baik melalui pemasyarakatan, pembiasaan, pembudayaan, penjagaan termasuk di dalamnya melalui keteladanan dari segenap stakeholders masyarakat. 
Ketiga pusat pendidikan tersebut sama-sama memegang peran penting dalam keberhasilan pendidikan dan pada dasarnya semua saling berkaitan dan saling kerjasama satu sama lain. Ketiganya secara tidak langsung telah mengadakan pembinaan yang erat dalam praktik pendidikan. Kaitan ketiganya dapat dilihat dari :
1.      Orang tua melaksanakan kewajibannya mendidik anak di dalam keluarga.
2.      Karena keterbatasan orangtua dalam mendidik anak di rumah, dan akhirnya proses pendidikan diserahkan di sekolah.
3.      Masyarakat akan menjadi fasilitator bagi peserta didik untuk mengaktualisasikan ketrampilannya.
Oleh karena itu berdasarkan latar belakang tersebut, dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis mengambil judul “Pendidikan Nilai pada Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah dan Lingkungan Masyarakat (Tri Pusat Pendidikan)” untuk memberikan suatu pemahaman mengenai apa dan bagaimana seseorang memperoleh pendidikan nilai melalui tiga  pusat pendidikan utama yakni pendidikan nilai di lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1.      Apa pengertian pendidikan nilai pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat ?
2.      Bagaimana implementasi pendidikan nilai pada lingkungan keluarga?
3.      Bagaimana implementasi pendidikan nilai pada lingkungan sekolah?
4.      Bagaiamna implementasi pendidikan nilai pada lingkungan masyarakat ?
5.      Bagaimana membangun sinergitas antara keluarga, sekolah dan masyarakat tentang tujuan dan manfaat pendidikan nilai ?
C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1.      Untuk mengetahui pengertian pendidikan nilai pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
2.      Untuk mengetahui implementasi pendidikan nilai pada lingkungan keluarga
3.      Untuk mengetahui implementasi pendidikan nilai pada lingkungan sekolah
4.      Untuk mengetahui implementasi pendidikan nilai pada lingkungan masyarakat
5.      Untuk mengetahui membangun sinergitas antara keluarga, sekolah dan masyarakat tentang tujuan dan manfaat pendidikan nilai
D.    Manfaat Penulisan
1.      Secara Teoritis
Adapun manfaat-manfaat penulisan makalah ini secara teoritis adalah sebagai berikut:
a.       Penulisan ini diharapkan mampu menambah wawasan tentang pendidikan nilai pada lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat (tri pusat pendidikan).
b.      Sebagai bahan masukan bagi instansi atau lembaga pendidikan agar dapat mencapai tujuan pendidikan dengan penanaman pendidikan nilai pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
c.       Sebagai bahan masukan untuk mendukung dasar teori bagi penulisan karya tulis ilmiah yang sejenis dan relevan.
2.      Secara Praktis
Adapun manfaat penelitian secara praktis adalah sebagai berikut:
a.       Sebagai kacamata pendidikan dalam menyikapi dan membuat kebijakan terhadap pelaksanaan pendidikan nilai khususnya penanaman pendidikan nilai pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
b.      Menggambarkan secara nyata implementasi pendidikan nilai dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya proses pendi­dikan nilai yang berlangsung dalam tiga pusat pendidikan.
c.       Memberikan gambaran mengenai peran dan urgensi pendidikan nilai dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
E.     Sistematika Penulisan
Adapun sistematika yang menjadi isi makalah ini adalah :
1.      BAB I PENDAHULUAN terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan dan Sistematika Penulisan.
2.      BAB II PEMBAHASAN terdiri dari: (A). Pengertian Pendidikan Nilai pada Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat; (B). Implementasi Pendidikan Nilai pada Lingkungan Keluarga; (C). Implementasi Pendidikan Nilai pada Lingkungan Sekolah; (D). Bagaiamna Implementasi Pendidikan Nilai pada Lingkungan Masyarakat; dan (E). Membangun Sinergitas antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat tentang Tujuan dan Manfaat Pendidikan Nilai.
3.      BAB III ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI PADA LINGKUNGAN KELUARGA, LINGKUNGAN SEKOLAH DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT (TRI PUSAT PENDIDIKAN)
4.      BAB IV PENUTUP terdiri dari: (A). Kesimpulan; (B). Saran; dan (C). Rekomendasi.
DAFTAR PUSTAKA


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Pengertian Pendidikan Nilai pada Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
1.      Pengertian Pendidikan Nilai pada Lingkungan Keluarga
a.       Pengertian Pendidikan Nilai
Sebelum merujuk pada definisi atau pengertian pendidikan nilai pada lungkungan keluarga, akan diuraikan terlebih dahulu mengenai pengertian pendidikan nilai itu sendiri.
Jika dilihat dari Undang-undang No.20 tahun 2003, dapat diketahui bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[2]
Disisi lain, Ki Hadjar Dewantara mendefenisikan pendidikan sebagaimana yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan Nur Ukhbiyati adalah sebagai tuntutan segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka kelak menjadi manusia dan anggota masyarakat yang dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Adapun M. Ngilam Purwanto mengatakan bahwasanya pendidikan adalah “yang sangat urgen bagi manusia,karena pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Sedangkan tujuan umum dari pendidikan adalah membawa anak kepada kedewasaannya, yang berarti bahwa ia harus menentukan sendiri dan bertanggung jawab sendiri”.[3] Sehingga ia sanggup mengenal dan berbuat menurut kesusilaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan baik yang menyangkut perkebmbangan kepribadian, jasmani dan ruhani, secara formal, informal dan non formal yang berjalan terus menerus untuk mencapai kehidupan dan nilai yang tinggi (baik nilai Insaniah aupun ilahiyah). Dalam hal ini, pendidikan berarti menumbuhkan kepribadian serta menanamkan rasa tanggung jawab sehingga pendidikan terhadap diri manusia adalah laksana makanan yang berfungsi memberi kekuatan, dan perbuatan untuk mempersiapkan generasi yang menjalankan kehidupan guna memenuhi tujuan secara efektif dan efisien.
Setelah ulasan tentang definisi pendidikan, maka selanjutnya akan diuraikan mengenai definisi nilai. Yang mana nilai secara etimologi merupakan pandangan kata value (bahasa Inggris) (moral value) (Mustari Mustafa, 2011: 15). Dalam kehidupan seharihari, nilai merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Dalam pembahasan ini nilai merupakan kualitas yang berbasis moral. Dalam filsafat, istilah ini digunakan untuk menunjukkan kata benda abstrak yang artinya keberhargaan yang setara dengan berarti atau kebaikan.
Beberapa tokoh juga saling memberikan kontribusi terhadap definisi nilai yang erat kaitannya dengan pendidikan nilai, antara lain sebagai berikut:
1)      Max Scheler mengatakan bahwa nilai merupakan kualitas yang tidak bergantung dan tidak berubah seiring dengan perubahan barang.
2)      Immanuel Kant mengatakan bahwa nilai tidak bergantung pada materi, murni sebagai nilai tanpa bergantung pada pengalaman.
3)      Menurut Kartono Kartini dan Dali Guno (2003), nilai sebagai hal yang dianggap penting dan baik. Semacam keyakinan seseorang terhadap yang seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan (misalnya jujur, ikhlas) atau cita-cita yang ingin dicapai oleh seseorang (misalnya kebahagiaan, kebebasan).
4)      Ahmad Tafsir (1990) meletakkan pembahasan nilai setelah membahas teori pengetahuan dan teori hakikat yang merupakan sistematika dalam pembahasan filsafat. Teori lainnya, seperti yang dikemukakan oleh teori Nicolai Hartmann, bahwa nilai adalah esensi dan ide platonik. Nilai selalu berhubungan dengan benda yang menjadi pendukungnya. [4]
Berdasarkan sejumlah definisi mengenai nilai, baik itu menurut etimologi maupun berdasarkan para pakar atau tokoh pendidikan yang mendefinisikan nilai, maka dapat disimpulkan bahwa nilai adalah segala hal yang berhubungan dengan kualitas tingkah laku manusia mengenai baik buruknya seseorang terhadap apa yang seharusnya dilakukan atau tidak kemudian didasarkan pada aturan agama, tradisi, etika, moral dan kebudayaan yang berlaku di masyarakat setempat.
Atas dasar definisi pendidikan dan nilai tersebut, maka beberapa tokoh memberikan pengertian pendidikan nilai sebagai berikut.
1)      Menurut Winecoff pendidikan nilai adalah pendidikan yang mempertimbangkan objek dari sudut pandang moral yang meliputi etika dan norma-norma yang meliputi estetika, yaitu menilai objek dari sudut pandang keindahan dan selera pribadi, serta etika, yaitu menilai benar/salahnya dalam hubungan antarpribadi.
2)      Dahlan mengartikan pendidikan nilai sebagai suatu proses kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis untuk melahirkan manusia yang memiliki komitmen kognitif, komitmen afektif, dan komitmen pribadi yang berlandaskan nilai-nilai agama. [5]
3)      Soelaeman berpendapat bahwa pendidikan nilai adalah bentuk kegiatan pengembangan ekspresi nilai-nilai yang ada melalui proses sistematis dan kritis sehingga mereka dapat meningkatkan atau memperbaiki kualitas kognitif dan afektif peserta didik.[6]
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan nilai adalah pengajaran atau bimbingan kepada siswa agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten. Istilah pendidikan nilai di sini dimaksudkan untuk mewakili semua konsep dan tindakan pendidikan yang menaruh perhatian besar terhadap pengembangan nilai humanistic ataupun teistik.

b.      Pengertian Lingkungan Keluarga
Menurut Ki Hajar Dewantara dalam keluarga adalah kumpulan beberapa orang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya.
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dikenal anak dalam menumbuhkan eksistensi kediriannya. Keluarga akan memberikan kontribusi yang sangat dominan terhadap terbentuknya karakter anak, yang meliputi kepribadian, kecerdasan intelektual maupun spiritual.
Keluarga lebih menekankan bahwa keluarga sebagai sebuah sistem yang utuh, didalamnya terdiri bagian-bagian struktur. Pola organisasi tiap anggota keluarga memainkan peran tertentu. Dalam keluarga, juga terjadi pola interaksi antara anggota keluarga. Oleh karena itu, keluarga memiliki peran yang sangat berpengaruh terhadap pola interaksi sosial anak.[7]
Lingkungan keluarga merupakan tempat dimana seorang anak dibesarkan dan lingkungan keluarga juga merupakan lingkungan yang pertama kali dikenal oleh seorang anak dalam menjalani sebuah kehidupan, tempat mendapatkan kasih sayang serta tempat untuk memperoleh pendidikan pertama juga sebagai tempat pendidikan yang paling utama.
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami suami atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya, atau keluarga secara garis lurus ke atas atau kebawah sampai dengan derajat ketiga.
Secara luas pengertian keluarga adalah kekerabatan yang dibentuk atas dasar perkawinan dan hubungan darah. Kekerabatan yang berasal dari satu keturunan atau hubungan darah merupakan penelusuran leluhur sesorang, baik melalui garis ayah, ibu, ataupun keduanya. Hubungan kekerabatan seperti ini dikenal dalam satu keturunan yang terdiri atas kakek, nenek, ipar, paman, anak, cucu dan sebagainya.
c.       Pengertian Pendidikan Nilai pada Lingkungan Keluarga
Seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka akan ditemukan suatu benang merah bahwasanya pendidikan nilai pada lingkungan keluarga adalah suatu proses penanaman serta menumbuhkembangkan nilai-nilai moralitas, kebenaran, kebaikan dan keindahan sebagai suatu konsep dalam berperilaku atau bertingkah laku yang diajarkan di dalam ranah lingkungan keluarga sebagai suatu unsur pendidikan yang pertama kali diterima oleh seorang anak.
Memang dalam realitanya, keluarga merupakan suatu unit terkecil yang biasanya terdiri dari ayah, ibu, saudara dan kerabat-kerabat lainnya. Namun keluarga mampu memberikan suatu nilai pendidikan yang paling utama, sebab dalam lingkungan keluarga lah seorang anak memperoleh nilai-nilai yang seharusnya ditanamkan sejak dini agar nilai kebaikan tersebut terus mendarah daging dalam jiwa anak tersebut.
2.      Pengertian Pendidikan Nilai pada Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah suatu lembaga pendidikan yang bersifat formal, nonformal maupun informal yang didirikan oleh negara ataupun swasta yang di rancang mengajari, mendidik melalui didikan yang telah diberikan oleh tenaga pendidik. 
Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar, serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Menurut Hawkes (2003),  pendidikan nilai di sekolah pada dasarnya adalah “proses bagaimana suatu nilai yang diyakini dan dipercaya, kemudian diimplementasikan kedalam seluruh aspek kehidupan di sekolah". Artinya pendidikan nilai, bukanlah sebatas untuk menjelaskan pertanyaan “what” dari suatu nilai, tetapi lebih esensial dari itu adalah menjelaskan pertanyaan “why”, yaitu bagaimana sebuah proses nilai itu dijalankan.
Jadi dapat dikatakan bahwa sekolah merupakan suatu lembaga yang digunakan untuk kegiatan belajar bagi para pendidik serta menjadi tempat memberi dan juga menerima pelajaran yang sesuai dengan bidangnya.
Merujuk pada hal tersebut, maka pendidikan nilai pada lingkungan sekolah merupakan suatu langkah pembinaan atau pembimbingan nilai-nilai moralitas baik itu yang berhubungan dengan etika, sifat, karakter, maupun kepribadian seorang peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan formal yang diterapkan melalui kegiatan belajar mengajar.
Pendidikan nilai tidak hanya dipandang sebagai mata pelajaran atau subjek terpisah yang ada dalam kurikulum, namun lebih sebagai sebuah etos pembimbingan/pembinaan mental anak. Karenanya penting untuk dikembangkan lingkungan pembelajaran di sekolah yang dilandasi oleh nilai dan moral seperti sikap hormat dan menghargai, tanggung jawab, disiplin, keteguhan, toleransi, kedamaian, dan kasih sayang.
Dalam kaitan ini Patmonohadi (2012) menegaskan  “lebih dari pada sekedar sebuah mata pelajaran, pendidikan nilai haruslah berupa sebuah sikap yang secara sengaja ditransformasikan kedalam seluruh aspek kegiatan sekolah baik kurikuler maupun ekstra kurikuler dengan melibatkan seluruh warga sekolah, wali murid, dan lingkungan sekitar sekolah[8]
Selain itu, terkait dengan pelaksanaan pendidikan nilai di sekolah, pada taraf tertentu diperlukan adanya training, pelatihan dan berbagai kegiatan pengembangan untuk mendukung keterampilan dan teknik mengajar guru yang dapat mendukung pembentukan lingkungan belajar berbasis nilai. Kesadaran pendidik terhadap nilai-nilai mereka sendiri akan menunjang para guru untuk membawanya lebih lanjut kedalam ruang kelas, sehingga suasana penuh nilai akan lebih terbangun, daripada hanya sekedar memberlakukan aturan yang ketat dan kaku, yang wajib dipatuhi oleh seluruh siswa. Secara konseptual pendidikan nilai di sekolah memberikan perspektif positif dan harapan akan terjadinya transformasi nilai-nilai kepada anak didik.
3.      Pengertian Pendidikan Nilai pada Lingkungan Masyarakat
Masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati suatu daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan sadarkan akan persatuan dan kesatuan serta bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya.  Dalam kata lain masyarakat adalah wadah dan wahana pendidikan, medan kehidupan manusia yang majemuk, dan manusia berada dalam multi kompleks antar hubungan dan antar aksi dalam masyarakat.
Selain institusi keluarga dan sekolah, masyarakat juga memiliki peran dan tanggung jawab besar atas terselenggaranya pendidikan nilai yang diperlukan untuk kehidupan bersama di masyarakat seperti nilai-nilai: kesusilaan, kesopanan, kemanusiaan, tolerasi, kebersamaan, perdamaian, kasih-sayang, kebenaran, keadilan, kesatuan dan lain sebagainya. Eksistensi dan pengembangan nilai-nilai dimaksud diperlukan sebagai acuan, orientasi, sandaran, dan pengikat kehidupan bersama  masyarakat. Penanaman nilai-nilai dimaksud, biasanya dilakukan dengan cara memperkuat pranata sosial yang ada seperti: menjunjung tinggi nilai-nilai dasar disepakati, memperkuat perangkat nilai yang ada, mengembangkan sistem dan kelembagaan nilai yang diperlukan baik melalui pemasyarakatan, pembiasaan, pembudayaan, penjagaan termasuk di dalamnya melalui keteladanan dari segenap stakeholders masyarakat. 
Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, pendidikan nilai merupakan merupakan proses penanaman karakter yang dilakukan dengan berbagai metode dan pendekatan sehingga menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas berdasarkan akademik dan religius. Artinya, sumber daya manusia yang produktif yang mempunyai keseimbangan antara kematangan dunia maupun akhirat.
Jadi dapat dipahami bahwa pendidikan nilai pada lingkungan masyarakat adalah suatu usaha untuk meningkatkan mutu dan kebudayaan seseorang agar tercipta nilai-nilai moralitas pada setiap diri seorang anak  yang diwujudkan melalui berbagai macam kegiatan masyarakat seperti kegiatan keagamaan, sehingga diharapkan adanya rasa memiliki dari masyarakat dan akan membawa pembaharuan dimana masyarakat memiliki tanggung jawab terlebih-lebih untuk meningkatkan kualitas pribadi ilmu, ketrampilan, kepekaan perasaan dan kebijaksanaan. Dengan kata lain peningkatan wawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
B.     Implementasi Pendidikan Nilai pada Lingkungan Keluarga
Keluarga pada hakikatnya merupakan wadah pembentukan karakter masing-ma­sing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan dan tanggung jawab orang tuanya. Bagaimana sebuah ke­luarga memperlakukan anak-anaknya akan berdampak pada perkembangan perilaku anak-anaknya. “Such different perceptions of their children’s characteristics set the stage for different behaviors toward boys and girls” (Light, dkk., 1989: 338). Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa persepsi yang berbeda tentang karakteristik anak akan membentuk perilaku yang berbeda pula antara anak laki-laki dan perempuan.
Pendapat tersebut secara tidak lang­sung mendukung pernyataan Lickona yang menegaskan bahwa keluarga adalah sekolah pertama pembentukan karakter anak, “The family is the first school of virtue. It is where we learn about love. It is where we learn about commitment, sacrifice, and faith in something larger than ourselves. The family lays down the moral foundation of which all other so­cial institutions build” (Dimerman, 2009:80). Dari pernyataan tersebut, dijelaskan bahwa keluarga adalah sekolah pertama kebajikan, dalam keluarga kita belajar tentang cinta, komitmen, pengorbanan, dan meyakini se suatu yang lebih besar daripada diri kita sendiri. Keluarga adalah peletak dasar pendi­dikan moral.[9]
Oleh sebab itu, implementasi pendidikan nilai pada lingkungan keluarga dapat meliputi; proses penanaman keyakinan agama, nilai moral, nilai budaya, dan aspek kehidupan kerumahtanggaan. Proses pendidikannya akan berlangsung melalui panutan, pembinaan atau pembimbingan dari orang tua sesuai dengan kondisi masing-masing keluarga. Dengan demikian, keluarga sebagai lembaga pendidikan non formal mempunyai peran penting dalam menanamkan nilai dan moralitas pada anak sebelum masuk level pendidikan formal.
Berdasarkan beberapa urgensi keluarga tersebut, maka jelas lah bahwa keberadaan orang tua tetap memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan nilai-nilai moral anak seperti menanamkan sikap jujur, disiplin, bertanggung jawab, relegius, peduli lingkungan, menyediakan waktu untuk anak, membantu memecahkan masalah, menegur apabila salah dan lain sebagainya. Untuk itu diharapkan kepada semua orang tua jangan sama sekali mengabaikan pendidikan dalam keluarga terutapa pendidikan nilai karena sebagai dasar atau fundamen dalam pembentukan nilai-nilai moral anak selanjutnya.[10]
Selain hal tersebut, dalam suatu keluarga juga perlu ditanamkan Nilai-nilai pendidikan yang berkaitan dengan nilai pendidikan relegius, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan social, nilai pendidikan budaya. Penanaman nilai-nilai pendidikan sebaiknya dimulai atau ditanamkan dengan baik mulai dari pendidikan keluarga sebelum melanjutkan ke Taman Penitipan Anak. Keluarga merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan. keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai kehidupannya. Keluarga membentuk suatu hubungan yang sangat erat antara ayah, ibu, maupun anak. Hubungan tersebut terjadi antara anggota keluarga saling berinteraksi. Interaksi tersebut menjadikan suatu keakraban yang terjalin di dalam keluarga. Dalam keadaan yang normal maka lingkungan yang pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudara saudaranya serta mungkin kerabat dekatnya yang tinggal serumah. Melalui lingkungan itulah anak mulai mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari dan anak mengalami proses sosialisasi awal (Helmawati, 2014 :79).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat terbentuk beberapa implementasi pendidikan nilai pada keluarga antara lain sebagai berikut:
1.      Mengajarkan sikap saling menghargai.
Saling menghargai satu sama lain merupakan salah satu pelajaran atau pendidikan moral  yang perlu diajarkan pada anak-anak sejak usia dini. Ajarkan pada anak untuk memiliki sikap menghargai setiap perbedaan dan beri penjelasan pada anak kalau saling menghargai merupakan sikap terpuji dan perbedaan itu merupakan sesuatu yang indah karena setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam mencapai tujuan dan menjalani hidup.
2.      Mengajarkan sikap jujur dan jangan berbohong
Orang tua harus memberikan penjelasan pada anak-anak bahwa bersikap jujur merupakan hal yang sangat penting dan termasuk sikap terpuji yang akan membawa kebahagiaan dalam hidup. Selain itu, berikan penjelasan pada anak kalau kebohongan hanya indah diawal dan akan membawa penderitaan sepanjang hidup. Sekecil apapun kebohongan tetap saja akan membawa dampak yang besar bagi kehidupan.
3.      Mengajarkan sikap rendah hati dan suka menolong sesama.
Nilai moral selanjutnya yang penting untuk diajarkan pada anak adalah sikap saling menolong dan rendah hati.Supaya anak mudah mengerti, Orang tua dituntut untuk tidak hanya memberi penjelasan secara lisan saja. Akan tetapi alangkah lebih baiknya kalau memberikan contoh yang bisa dilihat langsung oleh anak seperti menolong orang lain yang sedang kesusahan. Hal tersebut tentunya akan menginspirasi anak untuk mengikuti kebiasaan baik pada anak.
4.      Mengajarkan sikap bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuat.
 Pelajaran moral yang berhubungan dengan tanggung jawab penting sekali diajarkan pada anak-anak. Ajarkan pada anak untuk senantiasa meminta maaf apabila melakukan kesalahan terhadap orang lain. Berikan penjelasan pada anak-anak kalau meminta maaf adalah bentuk dari tanggung jawab atas kesalahan yang telah diperbuat. Nilai moral ini akan membentuk pribadi anak yang memiliki sifat rendah hati dan mau mengakui kesalahan sendiri. [11]
Ki Hajar Dewantara, mengatakan bahwa alam keluarga bagi setiap orang adalah alam pendidikan permulaan. Melalui keluarga untuk pertama kalinya orang tua bertindak sebagai penuntun (guru), sebagai pengajar dan sebagai pemimpin pekerjaan (pemberi contoh). Selain itu, di dalam keluarga juga setiap anak berkesempatan mendidik dirinya sendiri melalui macam-macam kejadian yang sering memaksa sehingga dengan sendirinya menimbulkan pendidikan diri sendiri. Orang tua sebagai penanggung jawab utama dalam menanamkan nilai-nilai paling dasar sebelum anak masuk dalam komunitas berikutnya menjadi kata kuncinya. Dalam urgensinya sekaligus untuk mendorong upaya pencapaian tujuan pendidikan nilai dan moral, sudah saatnya keberadaaan pendidikan dalam keluarga dikaji secara serius dan menjadi focus oriented dalam proses pendidikan nilai dan moralitas bagi anak, sementara pendidikan formal berikutnya bersifat pengembangan.
C.    Implementasi Pendidikan Nilai pada Lingkungan Sekolah
Fungsi pendidikan nasional dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang berartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Hidayatullah, 2009: 12).
Berdasarkan fungsi pendidikan nasional tersebut, pada hakikatnya tujuan diadakannya pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang berilmu dan berakhlak alkarimah, baik kepada diri sendiri maupun orang orang lain.
Sejalan dengan fungsi pendidikan nasional,  kondisi peserta didik saat ini sebagian besar kurang sesuai dengan tujuan tersebut. Banyak peserta didik yang terlibat tawuran, merokok, dan terjerumus dalam seks bebas dan narkoba. Tidak sedikitnya pula para peserta didik mengabaikan tujuan pendidikan nasional tersebut dan bertingkah sesuai dengan yang diinginkan tanpa mengetahui mana yang harus dilakukan dan mana yang harus di tinggalkan.
Wiyani (2013: 86-87) menyatakan bahwa sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan dapat dikategorikan sebagai lembaga industri mulia (noble industry) karena mengemban misi ganda yaitu profit dan sosial. Misi profit yaitu untuk mencapai keuntungan. Kemudian misi sosial bertujuan untuk mewariskan dan menginternalisasikan nilai-nilai luhur kepada peserta didik. Nilai-nilai luhur yang ditanamkan melalui pendidikan karakter dan pendidikan nilai. Sekolah diharapkan mampu melakukan perencanaan, kegiatan, dan evaluasi terhadap tiap-tiap komponen pendidikan yang di dalamnya memuat nilai-nilai karakter secara terintegrasi (terpadu). Sekolah dapat melaksanakan pendidikan karakter yang terpadu dengan sistem pengelolaan sekolah itu sendiri. Artinya sekolah mampu merencakan pendidikan (program dan kegiatan) yang menanamkan nilai-nilai karakter, melaksanakan program dan kegiatan yang berkarakter, dan melakukan pengendalian mutu sekolah secara berkarakter. Keterkaitan antara berbagai komponen, proses manajemen berbasis sekolah dan nilai-nilai karakter yang melandasinya meliputi nilai ketuhanan, kebersamaan, lingkungan, kebangsaan, dan diri sendiri.
Adapun Supriyoko juga mengungkapkan bahwa implementasi pendidikan nilai peserta didik dapat dibentuk melalui budaya sekolah yang kondusif. Budaya sekolah yang kondusif adalah keseluruhan latar fisik lingkungan, suasana, rasa, sifat dan iklim sekolah yang secara produktif mampu memberikan pengalaman baik bagi tumbuh kembangnya kecakapan hidup peserta didik yang diharapkan. Melalui budaya sekolah yang kondusif, sekolah akan mampu mendudukkan dirinya sebagai lembaga penyemaian bagi tumbuh dan berkembangnya kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokational pada diri peserta didik.[12]
Oleh karena itu, disinilah peran sekolah sebagai lembaga pendidikan setelah keluarga yang dituntut untuk membangun watak serta akhlak para peserta didik melalui proses belajar mengajar di sekolah. Dalam hal ini, pendidik maupun tenaga pendidik lainnya bertugas untuk membimbing serta menanamkan pendidikan nilai pada anak agar mampu membangun manusia yang seutuhnya.
Implementasi pendidikan nilai pada lingkungan sekolah kurang lebih hampir sama dengan pengajaran pendidikan nilai yang terdapat pada lingkungan keluarga, yakni berupa penanaman nilai-nilai yang berbentuk character building (pendidikan karakter) oleh pendidik kepada sejumlah peserta didik. Adapun nilai-nilai yang harus ditanamkan dalam pribadi seorang peserta didik berdasarkan Depdiknas antara lain sebagai berikut:
1.      Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.      Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3.      Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.      Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
5.      Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6.      Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7.      Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8.      Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9.      Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10.  Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11.  Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12.  Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13.  Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14.  Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15.  Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16.  Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17.  Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18.  Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Selain kedelapan belas nilai-nilai yang ditetapkan pemerintah tersebut, pendidikan nilai  juga dilakukan melalui beberapa langkah seperti pembiasaan rutin, spontan, dan keteladanan. Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
                                        1.      Pembiasaan Rutin
Pembiasaan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan secara terjadwal, meliputi: upacara bendera, senam, doa bersama, ketertiban, pemeliharaan kebersihan (Jumat Bersih), kesehatan diri.
                                        2.      Pembiasaan Spontan
Pembiasaan rutin yaitu kegiatan yang tidak terjadwal dalam kejadian khusus, meliputi: pembentukan perilaku memberi senyum, salam, sapa, membuang sampah pada tempatnya, budaya antri, mengatasi silang pendapat (pertengkaran), saling mengingatkan ketika melihat pelanggaran tata tertib sekolah, kunjungan rumah, kesetiakawanan sosial, anjangsana.
                                        3.      Pembiasaan Keteladanan
Pembiasaan keteladan dalam bentuk perilaku sehari-hari, meliputi: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan keberhasilan orang lain, datang tepat waktu.[13]
D.    Implementasi Pendidikan Nilai pada Lingkungan Masyarakat
Pendidikan nilai pada lingkungan masyarakat terjadi ketika lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar pendidikan formal atau sekolah. Pendidikan nilai di masyarakat terjadi secara tidak langsung, dalam arti anak mencari pengetahuan dan pengalaman sendiri, mempertebal keimanan serta keyakinan sendiri akan nilai-nilai kesusilaan dan keagamaan didalam masyarakat. Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan. Lingkungan masyarakat memiliki pengaruh yang besar dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya.
Pengimplementasian seorang anak dalam cakupan ranah masyarakat sebagai pusat pendidikan sangat tergantung pada taraf perkembangan dari masyarakat beserta sumber-sumber belajar yang tersedia di dalamnya. Pendidikan yang terdapat dalam lingkungan masyarakat bersifat non formal yaitu yang sengaja diselenggarakan oleh badan atau lembaga dalam masyarakat yang berfungsi untuk mendidik, seperti: mesjid, organisasi pemuda, karang taruna, kursus-kursus, dan lain sebaginya.
Oleh karena itu implementasi pendidikan nilai juga menggunakan pendekatan keterlibatan dalam masyarakat. Tokoh masyarakat dan para pemimpin juga turut bertanggung jawab tehadap kemajuan pendidikan dan perkembangan peserta didik, dikarenakan figure publik biasanya menjadi acuan atau panutan warganya. Selain itu, media informasi juga turut berpengaruh dalam pembentukan karakter bangsa sehingga menjadi bermakna bila informasi yang disampaikan oleh media memeprhatikan norma yang berlaku. Jadi, pendidikan karakter harus tertanam dalam berbagai level kehidupan.
Dalam mengimplementasikan pendidikan nilai di lingkungan masyarakat dapat dilakukan melalui siswa ikut berperan aktif dalam kegiatan di masyarakat. Misalnya kegiatan religius dengan memperingati hari besar islam, lalu kegiatan memperingati hari kemerdekaan Indonesia yaitu 17 Agustus, dan ikut berperan aktif juga dalam menjaga kebersihan dilingkungan masing-masing, salah satunya adalah ikut gorong-gorong di lingkungan masyarakat. Dengan anak didik berperan aktif dalam kegiatan di lingkungan masyarakat maka akan membentuk kakrarter anak dan hubungan dengan masyarakat pun dapat terjalin dengan baik.
E.     Membangun Sinergisitas antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat tentang Tujuan dan Manfaat Pendidikan Nilai
Dalam membangun sinergisitas atau titik temu antara keluarga, sekolah dan masyarakat mengenai tujuan dan manfaat pendidikan nilai, harus ada nilai keterkaitan satu sama lain sehingga mampu terbentuk tujuan serta manfaat pendidikan nilai bagi ketiga pusat pendidikan tersebut.
Namun sebelum lebih jauh membahas tentang sinergisitas keluarga, sekolah dan masyarakat, perlu diketahui lebih dahulu mengenai tujuan dan manfaat pendidikan nilai. Adapun tujuan dan manfaat pendidikan nilai antara lain sebagai berikut:
1.      Tujuan Pendidikan Nilai
Tujuan pendidikan nilai pada dasarnya membantu mengembangkan kemahiran berinteraksi pada tahapan yang lebih tinggi serta meningkatkan kebersamaan dan kekompakan interaksi atau yang disebut Piaget sebagai ekonomi interaksi atau menurut Oser dinyatakan dengan peristilahan kekompakan komunikasi. Tujuan pendidikan nilai tidak dapat tercapai tanpa aturan-aturan, indoktrinasi, atau pertimbangan prinsipprinsip belajar. Sebaliknya, dorongan moral komponen pembentukan struktur itu sangat penting.
Dalam Living Values Education (2004: 1) dijelaskan bahwa tujuan pendidikan nilai adalah sebagai berikut:
a.       Suparno (2002: 75) berpendapat bahwa tujuan pendidikan nilai adalah menjadikan manusia berbudi pekerti.
b.      Menurut Apnieve-UNESCO, bahwa tujuan pendidikan nilai adalah untuk membantu peserta didik dalam mengeksplorasi nilai-nilai yang ada melalui pengujian kritis sehingga mereka dapat meningkatkan atau memperbaiki kualitas berpikir dan perasaannya.
c.       Hakam (2000: 8) dan Mulyana (2004: 119) mengatakan bahwa pendidikan nilai bertujuan untuk membantu peserta didik mengalami dan menempatkan nilai-nilai secara integral dalam kehidupan mereka.
Adapun tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan klarifikasi nilai ada tiga, yaitu;
a.       Membantu siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain.
b.      Membantu siswa supaya bisa berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain.
c.       Membantu siswa supaya mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berpikir rasional dan kesadaran emosional.
Dalam proses pendidikan nilai, tindakan-tindakan pendidikan yang lebih yang spesifik dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang lebih khusus. Seperti yang dikemukakan oleh komite Asia and The Pasific Programme of Education Innovation for Development (APEID), pendidikan nilai secara khusus ditujukan untuk:
a.       Menerapkan pembentukan nilai kepada anak,
b.      Menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan
c.       Membimbing perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut
Dengan demikian, tujuan pendidikan nilai meliputi tindakan mendidik yang berlangsung mulai dari usaha penyadaran nilai hingga perwujudan perilaku yang bernilai. [14]
3.      Manfaat Pendidikan Nilai
Manfaat dari pendidikan nilai bagi peserta didik yaitu dapat menciptakan sikap atau perilaku manusia yang berkararter, bermoral dan berakhlak baik, membentuk pola pikir ilmiah mengajarkan pentingnya kebersamaan sesama manusia, membentuk karakter bangsa dan dapat meningkatkan taraf hidup manusia.
Oleh karena itu dalam membangun sinergisitas antara keluarga, sekolah dan masyarakat yakni terdapat pada sikap perlakuan kehidupan sehari-hari yang berlandaskan pada nilai-nilai etika dan moral. Berbicara mengenai pendidikan nilai, seseungguhnya harus ada korelasi dan komunikasi yang baik antara ketiga pusat pendidikan tersebut.
Hal tersebut dapat dimulai dari peran keluarga yang rutin melakukan komunikasi terhadap pihak sekolah atau lebih khususnya kepada wali murid untuk mengetahui perkembangan anaknya, bagaimana kegiatan sekolah yang diikutinya, hasil prestasinya dan lain sebagainya. Semua itu harus dikomunikasikan dengan orang tua murid karena untuk membantu meningkatkan belajar anak.
Selain itu, orang tua juga perlu menentukan lingkungan masyarakat yang sesuai dengan perkembangan anaknya yang dapat membawa perilaku anaknya menjadi lebih baik. Jangan sampai anak terjerumus oleh pergaulan bebas yang saat ini marak terjadi. Orang tua perlu melakukan komunikasi dengan teman-temannya dan juga memantau kegiatan yang lakukan anaknya untuk memastikan anaknya tidak terjerumus dengan pergaulan bebas. Maka ketika orang tua telah mengatur dan memilih lingkungan yang sesuai dengan anaknya baik itu sekolah maupun masyarakat, anak akan mempunyai perilaku yang baik dan sikap yang bermoral, sehingga tujuan dari pendidikan nilai dapat tercapai dan manfaat dari pendidikan nilai akan terasa.
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan bentuk hubungan komunikasi eksternal yang dilaksanakan atas dasar kesamaan tanggung jawab dan tujuan. Hubungan masyarakat dan sekolah adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan, kegiatan pendidikan, serta mendorong minat dan kerjasama untuk masyarakat dalam peningkatan dan pengembangan sekolah.[15]
Selain itu, pihak sekolah juga turut serta membangun kerja sama yang baik, yakni dengan mempunyai program rutin dengan masyarakat dengan mengadakan pengajian rutin setiap hari Ahad pagi yang dihadiri oleh wali murid, siswa, warga sekitar, dan guru. Untuk memadukan kegiatan antara di sekolah dan di masyarakat, maka peran penting orang tua untuk ikut terlibat sangat besar. Sebagai misal adalah ketika bulan Ramadhan. Setiap siswa diberi buku kegiatan untuk mengikuti serangkaian kegiatan pada bulan Ramadhan dengan sepengetahuan orang tua. Di luar bulan Ramadhan, siswa juga diberi buku kegiatan sehari-hari yang harus diisi dan ditandatangani oleh orang tua. Peran orang tua di sini sangat besar sekali untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran dan kedisipinan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk memantau kegiatan siswa tersebut dilakukan pertemuan rutin setiap sebulan sekali antara wali murid dengan guru kelas. Hasil pertemuan tersebut untuk melihat kemajuan siswa dalam aktifitas-aktifitas dan masalah-masalah yang dihadapi siswa selama satu bulan. Kegiatan ini rutin dilakukan untuk sedini mungkin menanamkan nilai-nilai kejujuran dan kedisiplinan bagi siswa, di samping itu juga wali murid secara tidak langsung ikut juga berlatih dalam kejujuran.
Oleh karena itu, terdapat sebuah prinsip efektif dalam membangun sinergisitas pendidikan nilai antara lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat antara lain sebagai berikut:
1.      Komitmen dalam menyebarkan nilai-nilai positif
2.      Membantu seluruh komponen sekolah untuk peduli
3.      Menyertakan nilai positif dalam program sekolah
4.      Mendorong rasa kespedulian sosial di masyarakat
5.      Memberi kesempatan siswa untuk menerapkan nilai-moral di lingkungan masyarakat
6.      Memadukan nilai moral dengan akademik
7.      Mengembangkan motivasi siswa
8.      Menggerakkan pemimpin dan para tokoh masyarakat untuk mencapai tujuan bersama
9.      Bekerjasama dengan orang tua dan masyarakat dalam berbagai hal.























BAB III
ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI PADA LINGKUNGAN KELUARGA, LINGKUNGAN SEKOLAH DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT (TRI PUSAT PENDIDIKAN)

A.    Pengertian Pendidikan Nilai pada Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah dan Lingkungan Masyarakat
1.      Pengertian Pendidikan Nilai pada Lingkungan Keluarga
Pada bagian sebelumnya telah disinggung mengenai lingkungan keluarga, dimana keluarga merupakan suatu unit lembaga pendidikan nonformal yang paling utama dan pertama kali diterima oleh seorang anak. Dimana didalam keluarga lah seorang anak mendapatkan materi pelajaran yang tidak diajarkan oleh siapapun dan dimanapun. Peran orang tua terutama seorang ibu yang tugasnya sebagai “Madrosatul Ula” atau sekolah pertama bagi anak-anaknya, saat anak lahir pertama kali ke dunia sang anak memperoleh nilai-nilai yang sangat kuat. Salah satunya adalah nilai kasih sayang, baik antara orang tua dengan anak maupun dengan saudara-saudara lainnya.
Berangkat dari makna tersebut, nampaknya pendidikan nilai pada dasarnya merupakan proses transformasi nilai yang terdapat dalam jiwa seorang anak terhadap nilai dan norma yang ditanamkan di lingkungan keluarga. Oleh karena itu, jelaslah bahwa pendidikan nilai di dalam ranah keluarga dapat dipelajari oleh seseorang melalui tahap peniruan atau peneladanan. Sebab didalam lingkungan keluarga terjadi suatu hubungan timbal balik yang sangat konsisten dan menyeluruh sehingga dapat memudahlan terjadinya proses transmisi nilai-nilai kepada seorang anak.
Tujuan pendidikan nilai dalam keluarga salah satunya adalah menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan seperti sikap tanggung jawab. Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain.
Adapun merujuk pada pemikiran Dahlan, bahwa pendidikan nilai merupakan sebagai suatu proses kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis untuk melahirkan manusia yang memiliki komitmen kognitif, komitmen afektif dan komitmen pribadi yang berlandaskan pada nilai-nilai agama.[16]
Hal tersebut menunjukan bahwa pendidikan nilai mampu diterapkan pada lingkungan keluarga sebagai suatu kegiatan yang cukup dibilang sistematis namun tidak formal karena didikannya bersifat kekeluargaan namun memiliki kualitas cakupan nilai yang dapat menumbuhkan aspek kognitif atau pengetahuan, aspek afektif atau sikap dan aspek psikomotor atau kemampuan anak berdasarkan nilai-nilai yang telah diajarkan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan nilai pada lingkungan keluarga adalah suatu proses penanaman serta menumbuhkembangkan nilai-nilai moralitas, kebenaran, kebaikan dan keindahan sebagai suatu konsep dalam berperilaku atau bertingkah laku yang diajarkan di dalam ranah lingkungan keluarga sebagai suatu unsur pendidikan yang pertama kali diterima oleh seorang anak.

2.      Pengertian Pendidikan Nilai pada Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang turut andil dalam proses penanaman moralitas pada peserta didik melalui pembelajaran didalamnya. Bahkan dapat dikatakan pula bahwasanya sekolah merupakan sebagai ujung tombak bagi suatu bangsa dalam membangun dan menciptakan nilai-nilai yang tertanam dalam setiap pribadi bangsa. Maka dalam hal ini, suatu pendidikan dituntut agar memiliki kualitas sekolah yang dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Setelah seorang anak keluar dari lingkungan keluarga, maka tidak lantas menghentikan seorang anak untuk mendapatkan nilai-nilai pendidikan. Lebih dari itu, saat anak masuk ke dalam lingkungan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang kedua setelah keluarga, ia memperoleh sejumlah pelajaran yang mencakup nilai-nilai pendidikan. Hal tersebut tentu saja berada dalam pengawasan, pengarahan serta pengajaran seorang pendidik dan tenaga kependidikan lainnya.
Mengingat kembali mengenai salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk membentuk manusia yang berwatak baik dan berwawasan luas. Dalam hal ini, peserta didik membutuhkan seorang pendidik yang mampu memberikan serta mengarahkan dirinya agar memiliki nilai-nilai seperti sikap yang baik dan memiliki pengetahuan yang luas. Karena tidak cukup seseorang hanya memiliki intelektual yang tinggi namun sikapnya tidak baik bahkan cenderung ke arah yang salah, ia membutuhkan akhlak atau sikap yang baik. Dalam hal ini di sekolah harus dilakukan suatu proses belajar yang mengarah pada pendidikan karakter atau istilahnya adalah character building, sehingga seorang peserta didik tidak hanya berwawasan luas namun juga berakhlak baik.
Beranjak dari hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan nilai pada lingkungan sekolah adalah suatu langkah pembinaan atau pembimbingan nilai-nilai moralitas baik itu yang berhubungan dengan etika, sifat, karakter, maupun kepribadian seorang peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan formal yang diterapkan melalui kegiatan belajar mengajar.
3.      Pengertian Pendidikan Nilai pada Lingkungan Masyarakat
Setelah seorang anak menerima berbagai bentuk penanaman pendidikan di keluarga dan sekolah, maka langkah selanjutnya yang akan ditempuh bagi seseorang adalah proses pembentukan serta penerimaan nilai-nilai yang terdapat di lingkungan masyarakat. Karena setelah seorang anak menerima nilai pendidikan baik di keluarga maupun di sekolah, ia akan mengaplikasikan atau mengimplementasikan hasil pendidikan yang diterimanya ke dalam suatu ranah lingkungan yang sangat kompleks, yakni lingkungan masyarakat.
Jadi pendidikan nilai pada lingkungan masyarakat adalah suatu usaha untuk meningkatkan mutu dan kebudayaan seseorang agar tercipta nilai-nilai moralitas pada setiap diri seorang anak  yang diwujudkan melalui berbagai macam kegiatan masyarakat seperti kegiatan keagamaan, sehingga diharapkan adanya rasa memiliki dari masyarakat dan akan membawa pembaharuan dimana masyarakat memiliki tanggung jawab terlebih-lebih untuk meningkatkan kualitas pribadi ilmu, ketrampilan, kepekaan perasaan dan kebijaksanaan. Dengan kata lain peningkatan wawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
B.     Implementasi Pendidikan Nilai pada Lingkungan Keluarga
Lingkungan Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Dalam keluarga pendidikan berlangsung dengan sendirinya dengan tatanan yang berlaku didalamnya, tanpa harus diumumkan dan dituliskan terlebih dahulu serta kehidupan keluarga selalu mempengaruhi perkembangan budi pekerti/akhlak setiap manusia. Pendidikan keluarga diletakkan dasar-dasar pengalaman melalui rasa kasih sayang dan penuh kecintaan, kebutuhan, kewibawaan dan nilai-nilai kepatuhan. Justru karena hubungan demikian itu berlangsung hubungan yang bersifat pribadi dan wajar, maka penghayatan terhadapnya mempunyai arti sangat penting.
Peranan keluarga dalam proses penanaman pendidikan nilai bagi seseorang tidak dapat tergeserkan oleh suatu lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Sebab, keluarga memiliki salah satu indikator keberhasilan seseorang dalam pencapaian pendidikan. Dalam hal ini seorang anak memperoleh pendidikan yang pertama kali diajarkan oleh orang-orang disekitarnya seperti ayah, ibu, maupun saudara-saudara lainnya.
Selain itu, pendidikan di dalam lingkungan keluarga muncul disebabkan manusia memiliki naluri asli untuk memperoleh keturunan demi mempertahankan eksistensinya. Oleh karenanya manusia selalu mendidik keturunannya dengan sebaik-baiknya menyangkut aspek jasmani dan rohani. Setiap manusia memiliki kecakapan dan keinginan untuk mendidik anak anaknya, sehingga hakikat keluarga itu adalah semata-mata pusat pendidikan, meskipun terkadang berlangsung secara amat sederhana dan tanpa disadari, tetapi jelas bahwa keluarga memiliki andil yang terlibat dalam pendidikan anak. Melalui pendidikan keluarga, anak diharapkan memiliki pribadi yang mantap, akhlak yang baik dan mandiri untuk menjalani kehidupannya. Sehingga dalam hal ini pendidikan keluarga dapat dikatakan sebagai wadah persiapan anak untuk kehidupan bermasyarakat.
Peran keluarga dalam pendidikan tanggung jawab pada anak sangat penting, pendidikan dalam keluarga lebih ditujukan kearah pembinaan nilai-nilai tanggung jawab yang diberikan sebagai bekal, agar kelak anak mampu melaksanakan kehidupan, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam pembentukan nilai-nilai kepribadian anak. Sejak kecil anak sudah mendapat pendidikan dari kedua orang tuanya melalui keteladanan yang diberikan dan kebiasaan kehidupan orang tuanya sehari-hari dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari yang orang tua tampilkan dijadikan panduan untuk anak dalam mengembangkan sikap tanggung jawab.
C.    Implementasi Pendidikan Nilai pada Lingkungan Sekolah
Mengutip pendapat Hawkes, bahwa pendidikan nilai di lingkungan sekolah pada dasarnya adalah “proses bagaimana suatu nilai yang diyakini dan dipercaya, kemudian diimplementasikan kedalam seluruh aspek kehidupan di sekolah". Hal tersebut memberikan suatu pemahaman bahwasanya pendidikan nilai bukan hanya sebatas menjelaskan apa pendidikan nilai itu dan bagaimana proses nilai itu bisa didapatkan oleh seseorang. Namun ternyata lebih jauh dari pandangan tersebut bahwa langkah-langkah implementasi atau pengaplikasian pendidikan nilai sebagai proses pembinaan, pengawasan, serta pembimbingan peserta didik. Artinya pendidikan nilai tidak hanya dipandang sebagai mata pelajaran atau subjek terpisah yang ada dalam kurikulum, namun lebih sebagai sebuah etos pembimbingan/pembinaan mental anak. Karenanya pendidikan nilai sangat penting untuk dikembangkan di lingkungan sekolah yang dilandasi oleh nilai dan moral seperti sikap hormat dan menghargai, tanggung jawab, disiplin, keteguhan, toleransi, kedamaian, dan kasih sayang.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan setelah keluarga memiliki tanggung jawab moral untuk mendidik anak agar pintar, cerdas, serta memiliki karakter positif sebagaimana diharapkan setiap orang tua. Selain itu, sekolah juga harus mampu membantu peserta didik agar mempersiapkan diri untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang dapat digunakan dalam hidupnya. Dengan begitulah sekolah berfungsi sebagai peletak dasar hubungan sosial yang harmoni dan manusiawi sehingga ia mampu mewujudkan realisasi dirinya secara bersama-sama di sekolah dan masyarakat nantinya.
Selain itu, pendidikan nilai juga haruslah berupa sebuah sikap yang secara sengaja ditransformasikan kedalam seluruh aspek kegiatan sekolah baik kurikuler maupun ekstra kurikuler dengan melibatkan seluruh warga sekolah, wali murid, dan lingkungan sekitar sekolah. Kemudian mampu mengintegrasikan pendidikan nilai dan moral kedalam setiap proses belajar mengajar sehingga guru memiliki perspektif nilai-moral dalam mendesain aktivitas kependidikan mereka.
D.    Implementasi Pendidikan Nilai pada Lingkungan Masyarakat
Masyarakat merupakan tempat seseorang untuk mengadikan dirinya setelah ia menerima nilai-nilai moralitas di keluarga dan pembelajaran pendidikan berbasis karakter di sekolah. Karena proses pembinaan pendidikan nilai tidak terhenti sebatas di keluarga dan sekolah saja namun perlu sebuah pengimplementasian diri kepada masyarakat sekitar mengenai nilai-nilai yang ada pada seseorang.
Pendidikan nilai tidak akan terlepas dari hubungan interaksi dengan masyarakat setempat, dimana kita hidup berdampingan dengaan masyarakat dalam membangun pola interaksi sehari-hari sehingga dapat terbentuklah pendidikan nilai didalamnya.
Salah satu bentuk implementasi pendidikan nilai adalah saat seorang anak dapat memberikan nilai-nilai norma, agama, dan sosial yang dapat bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Misalnya bentuk perilaku kesantunan berbahasa. Kesantunan berbahasa adalah bentuk kesopanan dan kehalusan dalam menggunakan bahasa pada saat seseorang berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Bahasa yang digunakan memperhatikan tentang adab, tertib, sopan santun dan mengadung nilai-nilai rasa hormat yang tinggi.

E.     Membangun Sinergisitas antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat tentang Tujuan dan Manfaat Pendidikan Nilai
Sejatinya tujuan pendidikan nilai adalah untuk membentuk manusia yang seutuhnya. Yakni seseorang yang tidak hanya mengutamakan nilai intelektual atau dasar pengetahuannya saja, namun ia mampu mengembangkan nilai-nilai moralitas tinggi yang dapat menjadikannya sebagai manusia yang bernilai dan berwawaan luas.
Adapun untuk manfaat pendidikan nilai itu sendiri cukup terbilang banyak, salah satu manfaatnya adalah dapat menjadikan seseorang menemukan nilai-nilai yang sudah tertanam dalam jiwa setiap individu. Dengan adanya pendidikan nilai, seseorang dapat memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
Beranjak dari hal tersebut, dalam membangun sinergisitas antara keluarga, sekolah dan masyarakat tentang tujuan dan manfaat pendidikan nilai antara lain harus terjalin suatu pola interaksi dan komunikasi yang efisien antara ketiga pusat pendidikan tersebut. Dimulai dari peran orang tua yang paling dominan dan berpengaruh dalam menanamkan nilai-nilai kepada anak nya saat ia berada dalam lingkungan keluarga. Kemudian saat sang anak masuk ke jenjang pendidikan formal yakni sekolah, orang tua tidak melepaskan peranannya sebagai pembimbing dan pengawas. Orang tua hendaknya menjalinkerjasama yang baik dengan pihak sekolah yang bersangkutan, misalnya dengan wali kelas anak tersebut dengan cara menanyakan bagaimana perkembangan dan keseharian sang anak saat berada di lingkungan sekolah.
Setelah itu, terjadi pula titik temu antara sekolah dengan masyarakat yang merupakan bentuk hubungan komunikasi eksternal yang dilaksanakan atas dasar kesamaan tanggung jawab dan tujuan. Hubungan masyarakat dan sekolah adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan, kegiatan pendidikan, serta mendorong minat dan kerjasama untuk masyarakat dalam peningkatan dan pengembangan sekolah
BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Berdasarkan pemaparan siatas, maka pengertian pendidikan nilai pada lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat antara lain sebagai berikut:
a.       Pendidikan nilai pada lingkungan keluarga adalah suatu proses penanaman serta menumbuhkembangkan nilai-nilai moralitas, kebenaran, kebaikan dan keindahan sebagai suatu konsep dalam berperilaku atau bertingkah laku yang diajarkan di dalam ranah lingkungan keluarga sebagai suatu unsur pendidikan yang pertama kali diterima oleh seorang anak.
b.      Pendidikan nilai pada lingkungan sekolah merupakan suatu langkah pembinaan atau pembimbingan nilai-nilai moralitas baik itu yang berhubungan dengan etika, sifat, karakter, maupun kepribadian seorang peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan formal yang diterapkan melalui kegiatan belajar mengajar.
c.       Pendidikan nilai pada lingkungan masyarakat adalah suatu usaha untuk meningkatkan mutu dan kebudayaan seseorang agar tercipta nilai-nilai moralitas pada setiap diri seorang anak  yang diwujudkan melalui berbagai macam kegiatan masyarakat seperti kegiatan keagamaan, sehingga diharapkan adanya rasa memiliki dari masyarakat dan akan membawa pembaharuan dimana masyarakat memiliki tanggung jawab terlebih-lebih untuk meningkatkan kualitas pribadi ilmu, ketrampilan, kepekaan perasaan dan kebijaksanaan.
2.      Implementasi pendidikan nilai pada lingkungan keluarga dapat meliputi; proses penanaman keyakinan agama, nilai moral, nilai budaya, dan aspek kehidupan kerumahtanggaan. Proses pendidikannya akan berlangsung melalui panutan, pembinaan atau pembimbingan dari orang tua sesuai dengan kondisi masing-masing keluarga. Dengan demikian, keluarga sebagai lembaga pendidikan non formal mempunyai peran penting dalam menanamkan nilai dan moralitas pada anak sebelum masuk level pendidikan formal.
3.      Implementasi pendidikan nilai peserta didik dapat dibentuk melalui budaya sekolah yang kondusif. Budaya sekolah yang kondusif adalah keseluruhan latar fisik lingkungan, suasana, rasa, sifat dan iklim sekolah yang secara produktif mampu memberikan pengalaman baik bagi tumbuh kembangnya kecakapan hidup peserta didik yang diharapkan. Melalui budaya sekolah yang kondusif, sekolah akan mampu mendudukkan dirinya sebagai lembaga penyemaian bagi tumbuh dan berkembangnya kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokational pada diri peserta didik.
4.      Dalam mengimplementasikan pendidikan nilai di lingkungan masyarakat dapat dilakukan melalui, siswa ikut berperan aktif dalam kegiatan di masyarakat. Misalnya kegiatan religius dengan memperingati hari besar islam, lalu kegiatan memperingati hari kemerdekaan Indonesia yaitu 17 Agustus, dan ikut berperan aktif juga dalam menjaga kebersihan dilingkungan masing-masing, salah satunya adalah ikut gorong-gorong di lingkungan masyarakat. Dengan anak didik berperan aktif dalam kegiatan di lingkungan masyarakat maka akan membentuk kakrarter anak dan hubungan dengan masyarakatpun dapat terjalin dengan baik.
5.      Dalam membangun sinergisitas antara keluarga, sekolah dan masyarakat yakni terdapat pada sikap perlakuan kehidupan sehari-hari yang berlandaskan pada nilai-nilai etika dan moral. Berbicara mengenai pendidikan nilai, seseungguhnya harus ada korelasi dan komunikasi yang baik antara ketiga pusat pendidikan tersebut. Hal tersebut dapat dimulai dari peran keluarga yang rutin melakukan komunikasi terhadap pihak sekolah atau lebih khususnya kepada wali murid untuk mengetahui perkembangan anaknya, bagaimana kegiatan sekolah yang diikutinya, hasil prestasinya dan lain sebagainya.


b.      Saran
Penulisan makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan bahkan masih jauh dari kata sempurna, namun penulis mencoba untuk memberikan suatu  kontribusi dalam khazanah keilmuan Pendidikan Nilai khususnya tentang Pendidikan Nilai pada Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah dan Lingkungan Masyarakat (Tri Pusat Pendidikan). Oleh karena itu, diharapkan akan lebih banyak lagi muncul karya tulis ilmiah lain yang membahas tentang materi tersebut. Serta diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi terciptanya kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.
c.       Rekomendasi
Berdasarkan hasil kesimpulan penulisan pada bab penutup ini, makalh ini memiliki manfaat yang sangat mendalam. Adapun rekomendasinya ditujukan kepada:
1.      Lembaga pendidikan formal khususnya bagi lembaga pendidikan Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Musaddadiyah (STAIM) Garut, maka dipandang perlu memberikan pengarahan maupun pembelajaran secara lebih komprehensif mengenai Pendidikan nilai tentang Pendidikan Nilai pada Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah dan Lingkungan Masyarakat (Tri Pusat Pendidikan). Hal tersebut dilakukan dengan tujuan bahwa penulis nantinya akan terjun langsung ke masyarakat, maka dapat menjadi suatu langkah persiapan mental dan materi yang sangat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
2.      Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Musaddadiyah (STAIM) Garut yang sedang mempelajari mata kuliah pembelajaran Pendidikan nilai mengenai Pendidikan Nilai pada Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah dan Lingkungan Masyarakat (Tri Pusat Pendidikan)..
3.      Lembaga pendidikan Non-Formal juga diharapkan menjadi sarana dan prasarana pendidikan dalam upaya menciptakan nilai-nilai moralitas.
DAFTAR PUSTAKA
Elmubarok Zaim. 2013. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta
Ngilam, Purwanto. 2003. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktik. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya
Yuliati, Zakiyah Qiqi dan H.A. Rusdiana. 2014. Pendidikan Nilai. Bandung: CV. Pustaka Setia
Fita Sukiyani dan Zamroni. 2014. Pendidikan Karakter dalam Lingkungan Keluarga, Jurnal Ilmu-ilmu Sosial, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, No.1, Volume.XI. Hlm. 58-59
Hermawan. 2017. Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat. Jurnal Pendidikan Agama Islam. Pekalongan: Universitas Pekalongan, No.2, Volume.XV. 114
I Made Surtika, 2017, Implementasi Pendidikan Keluarga Dalam Menanamkan Nilai-nilai Moral Anak (Studi Di Taman Penitipan Anak Werdhi Kumara I Panjer Kecamatan Denpasar Selatan), Jurnal Kajian Pendidikan Widya Accarya FKIP Universitas Dwijendra, Hlm. 2
Rohmat. 2010. Keluarga dan Pola Pengasuhan Anak. Jurnal Studi Gender dan Anak. Purwokerto: Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto. No.1. Volume.V. 35-46
Sulton. 2016. Realitas Pendidikan Nilai di Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Jurnal Pendidikan Islam. No. 2. Volume.I. 28-30


[1] Qiqi Yuliati Zakiyah dan H.A. Rusdiana, Pendidikan Nilai, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2014), Hlm. 60
[2] Ibid., Hlm. 88
[3] Purwanto Ngilam, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktik, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2003), Hlm. 19
[4] Op.Cit., Qiqi Yuliati Zakiyah dan H.A. Rusdiana, Hlm. 14-15
[5] Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2013),  Hlm. 61
[6] Op.Cit., Qiqi Yuliati Zakiyah dan H.A. Rusdiana, Hlm. 61-62
[7] Rohmat, 2010, Keluarga dan Pola Pengasuhan Anak. Jurnal Studi Gender dan Anak. Purwokerto: Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto, No.1, Volume.V. Hlm. 35
[8] Sulton. 2016. Realitas Pendidikan Nilai di Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Jurnal Pendidikan Islam. No. 2. Volume.I. Hlm. 40
[9] Fita Sukiyani dan Zamroni, 2014, Pendidikan Karakter dalam Lingkungan Keluarga, Jurnal Ilmu-ilmu Sosial, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, No.1, Volume.XI. Hlm. 58-59
[10] I Made Surtika, 2017, Implementasi Pendidikan Keluarga Dalam Menanamkan Nilai-nilai Moral Anak (Studi Di Taman Penitipan Anak Werdhi Kumara I Panjer Kecamatan Denpasar Selatan), Jurnal Kajian Pendidikan Widya Accarya FKIP Universitas Dwijendra, Hlm. 2
[11] I Made Sutika. (2017). Kajian Pendidikan. Jurnal Accarya FKIP. ISSN No 2085-0018. Hal 4-5
[12] Isnaeni Subekti, (TT), Peran Pendidikan Karakter dalam Pembentukan SDM Berkualitas, Universitas Sebelas Maret, Hlm. 278
[13] Op.Cit., Fita Sukiyani dan Zamroni, Hlm. 60
[14] Op.Cit., Qiqi Yuliati Zakiyah dan H.A. Rusdiana, Hlm. 63-64
[15] Hermawan, 2017, Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Pekalongan: Universitas Pekalongan, No.2, Volume.XV, Hlm. 114
[16] Loc.Cit., Zaim Elmubarok, Hlm. 61

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Naskah Pembawa Acara Bahasa Sunda

Biografi dan Pemikiran Howard Gardner