Biografi dan Pemikiran Howard Gardner
HOWARD GARDNER
A.
Biodata Howard Gardner
Howard Gardner dilahirkan pada tanggal 11 Juli 1943 di Scaranton,
Pennsylvania, Amerika Serikat. Ia
menikah dengan Ellen Winner, psikolog perkembangan yang mengajar di Boston
College dan dikaruniai empat anak: Kerith (1969), Jay (1971), Andrew (1976),
dan Benjamin (1985). Kecintaan Gardner tertuju kepada keluarga dan
pekerjaannya, sedangkan hobinya bepergian dan menyukai sejumlah jenis kesenian.
Howard Gardner adalah profesor di bidang pendidikan di Harvard Graduate
School of Education. Dia juga adalah seorang Andjunt Professor di jurusan
Psikologi di Harvard University, Andjunt Professor bidang Neurology di Boston
University School of Medicine, dan mengepalai Steering Committee dari Project
Zero. Diantara sejumlah penghargaan yang diraihnya, Gardner menerima Mac Arthur
Prize Fellowship tahun 1981. Dia juga dihadiahi sebanyak dua puluh gelar
kehormatan, antara lain dari Princeton University, McGill University dan Tel
Aviv University.
Gardner adalah penemu Konsep multiple intelligences lewat bukunya
Frames of Mind pada tahun 1983, yang sebenarnya, merupakan sebuah kritik dengan
mengemukakan pandangan bahwa terdapat lebih dari satu inteligensi manusia yang
berada di luar jangkauan instrumen pengukur psikometrik standar.
Gardner telah mengarang puluhan buku dan ratusan artikel, dan
beberapa diantaranya telah dialihbahasakan ke dalam 26 bahasa,5 diantaranya
adalah Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligence (1983), (1993 ed.),
Multiple Intelligences: The Theory in Practice (1993), (1993 ed.), Intelligence
Reframed: Multiple Intelligences for the 21st Century (1993), Changing Minds:
The Art and Science of Changing Our Own and Other People's Minds (2004), dan
lain-lain.
B.
Pemikiran Howard Gardner
Howard Gardner
merupakan seorang tokoh yang menemukan suatu konsep yang sangat terkenal dalam
ilmu psikologi yakni konsep kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligences.
Dalam bukunya Fames of Mind, Howard Gardner menolak dengan tegas
pandangan terhadap kecerdasan yang terpaku pada IQ. Dalam karyanya Gardner
mengemukakan beberapa jenis kecerdasan, tidak hanya satu yang dapat diukur dan
dijumlah sebagaimana kecerdasan IQ. Teorinya menawarkan pandangan yang lebih
luas mengenai kecerdasan dan menyarankan bahwa kecerdasan adalah suatu
kesinambungan yang dapat dikembangkan seumur hidup.
Howard Gardner
mengatakan bahwa IQ tidak boleh dianggap sebagai tinggi atau rendah seperti
tekanan darah manusia, dan kecerdasan seseorang tidak dapat diukur secara
mutlak dengan tes-tes IQ. Ia mengatakan bahwa tes IQ hanya mampu mengukur
kemampuan seseorang dalam mengerjakan tes IQ tersebut saja. Selanjutnya, ia
menemukan bahwa setiap orang memiliki beberapa kecerdasan, tidak hanya satu
kecerdasan. Ia menyebutnya dengan intelegensi ganda atau Multiple
Intelligences. Yang dimaksud dengan Multiple Intelligences atau Intelegensi
Majemuk adalah kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan suatu produk
yang efektif dan bernilai dalam satu latar belakang budaya tertentu. Artinya, setiap
orang jika dihadapkan pada suatu masalah, ia memiliki sejumlah kemampuan untuk
memecahkan masalah yang berbeda sesuai dengan konteksnya.
Gardner
menyebutkan bahwa intelegeni seseorang terdiri dari intelegensi bahasa atau
linguistik, logis-matematis, visual-spasial, kinestik, interpersonal,
intrapersonal, musikal, dan naturalis. Kecerdasan tersebut akan diuraikan
sebagai berikut:
1.
Kecerdasan
Linguistik (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan dan
mengolah kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tertutis. Orang
yang memiliki kecerdasan ini juga memiliki keterampilan auditori (berkaitan
dengan pendengaran) yang sangat tinggi, dan mereka belajar melalui pendengaran
dan membaca.
Karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi
linguistik antara lain sebagai berikut:
a.
Senang
membaca buku atau apa saja, bercerita atau mendongeng;
b.
Senang
berkomunikasi, berbicara, berdialog, berdiskusi, dan senang berbahasa asing;
c.
Pandai
menghubungkan atau merangkai kata-kata atau kalimat baik lisan maupun tulisan;
d.
Senang
mendengarkan musik dan pandai.
2.
Kecerdasan
Logis-Matematis (Logical-Mathematical Intelligence)
Kecerdasan Logis-Matematis adalah kemampuan untuk menangani
bilangan dan perhitungan, pola serta pemikiran logis dan ilmiah. Individu yang
mempunyai kecerdasan ini gemar bekerja dengan data, mengumpulkan dan
mengorganisasi, menganalisis, serta menginterpretasikan data.
Inteligensi logis-matematis melibatkan keterampilan mengolah angka
dan atau kemahiran menggunakan logika atau akal sehat. Ini adalah inteligensi
yang digunakan ilmuwan ketika menciptakan hipotesis dan dengan tekun mengujinya
dengan data eksperimental. Hal ini merupakan inteligensi yang digunakan akuntan
pajak, scientist, programmer komputer, dan ahli matematika dan memuat
kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, kemampuan
berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka
serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir.
Menurut Howard Gardner, ada dua fakta penting mengenai kecerdasan
logika-matematika. Pertama, dalam diri orang berbakat proses penyelesaian
masalah sering berlangsung amat cepat. Kedua, penyelesaian masalah dapat
disusun sebelum penyelesaian itu diutarakan. Adapun karakteristik akan yang
memiliki kecerdasan ini antara lain sebagai berikut:
a.
Senang
bereksperimen, bertanya, menyusun atau merangkai teka-teki;
b.
Senang
dan pandai berhitung dan bermain angka;
c.
Senang
mengorganisasikan sesuatu, menyusun skenario;
d.
Mampu
berfikir logis, baik induktif maupun deduktif;
e.
Menyukai
silogisme;
f.
Senang
berfikir abstraksi dan simbolis serta mengoleksi benda-benda.
Anak-anak dengan kecerdasan matematika-logika tinggi memperlihatkan
kecenderungan tinggi menyenangi kegiatan menganilisis dan mempelajari
sebab-akibat terjadinya sesuatu. Anak dengan potensi kecerdasan ini menyenangi
berpikir secara konseptual seperti menyusun hipotesis, mengadakan kategoris dan
klarifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Anak memperlihatkan kecenderungan
suka melakukan aktivitas berhitung dan memilki kecepatan tinggi dalam
menyelesaikan soal-soal atau problem matematika. Anak juga menyenangi permainan
yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif seperi catur, teka-teki, dan
sebagainya. Anak ini juga suka bertanya apabila menghadapi persoalan-persoalan
yang tidak atau kurang bisa dipahiminya.
3.
Kecerdasan
Spasial (Spatial Intelligence)
Inteligensi
spasial, terkadang disebut inteligensi visual atau visual spasial, adalah
kemampuan untuk membentuk dan menggunakan model mental. Orang yang memiliki
inteligensi ini cenderung berpikir dalam atau dengan gambar dan cenderung mudah
belajar melalui sajian-sajian visual seperti film, gambar, video dan peragaan
yang menggunakan model dan slide. Kecerdasan ini memuat seseorang untuk
memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruangan.
Anak- anak yang
memiliki potensi kecerdasan visul spasial tinggi memperlihatkan kemampuan yang
lebih dibandingkan dengan anak-anak yang lain dalam hal, misalnya menciptakan
imajinasi bentuk dalam pikirannya, atau kemampuan untuk menciptkan bentukbentuk
tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa sebagai pemahat patung atau
arsitek suatu bangun.
Karakteristik
individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi ini, ialah:
a.
Senang
merancang gambar, desain dan peka terhadap citra dan warna.
b.
Pandai
memvisualisasikan ide dan imajinasinya aktif
c.
Mudah
menemukan jalan dalam ruang, mempunyai persepsi yang tepat dari berbagai sudut
dan senang membuat rumahrumahan dari balok.
d.
Mengenal
relasi benda-benda dalam ruang.
4.
Kecerdasan
Musikal (Musical Intelligence)
Kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan,
dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Orang yang mempunyai kecerdasan
jenis ini sangat peka terhadap suara atau bunyi, lingkungan juga musik.
Karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan intelegensi
musikal, yakni:
a.
Pandai
mengubah dan menciptakan musik.
b.
Senang
bernyanyi, bersenandung, dan pandai memainkan alat musik;
c.
Mudah
menangkap musik dan peka terhadap suara dan musik;
d.
Dapat
membedakan bunyi berbagai alat musik dan bergerak sesuai irama.
5.
Kecerdasan
Gerak-Badani (Bodily-Kinesthetic Intelligence)
Inteligensi gerak-badani adalah kemampuan menggunakan tubuh untuk
mengekspresikan gagasan dan perasaan seperti ada pada aktor, atlet,penari,
pemahat, dan ahli bedah atau kemampuan mengendalikan dan meningkatkan fisiknya.
Dalam inteligensi ini termasuk keterampilan koordinasi dan fleksibilitas tubuh.
Karakteristik
individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi ini, ialah:
a.
Mampu
memainkan mimik dan cenderung menggunakan bahasa tubuh.
b.
Koordinasi
dan fleksibilitas tubuh tinggi.
c.
Senang
dan efektif berfikir sambil berjalan, berlari, dan olahraga.
d.
Pandai
merakit sesuatu menjadi produk.
e.
Senang
bergerak dan suka kegiatan di luar rumah.
6.
Kecerdasan
Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan peka
terhadap perasaan, kegembiraan berteman dan senang dalam berbagai macam
aktivitas sosial dan tidak suka menyendiri. Orang yang memiliki jenis
kecerdasan ini menyukai dan menikmati berkerja secara kelompok, belajar sambil
berinteraksi dan bekerja sama.
Karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi
interpersonal, yakni:
a.
Mampu
berorgansasi, menjadi pemimpin dalam suatu organisasi
b.
Mampu
bersosialisasi dan menjadi moderator;
c.
Senang
permainan berkelompok daripada individu
d.
Biasanya
menjadi tempat mengadu orang lain dan mudah mengenal;
e.
Senang
berkomunikasi verbal dan nonverbal.
f.
Peka
terhadap teman.
7.
Kecerdasan
Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan dengan
pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptatif
berdasarkan pengenalan diri itu. Orang dengan kecerdasan ini tinggi pada
umumnya mandiri, tidak tergantung pada orang lain.
Karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi
interpersonal, yakni:
a.
Mampu
menilai diri sendiri/intropeksi diri;
b.
Mudah
mengelola dan menguasai perasaannya dan sering mengamati dan mendengarkan.
c.
Bisa
bekerja sendirian dengan baik;
d.
Mampu
mencanangkan tujuan, menyusun cita-cita dan rencana hidup;
e.
Berjiwa
independen/bebas, mudah berkonsentrasi dan keseimbangan diri;
8.
Kecerdasan
Naturalis (Naturalist Intelligence)
Kecerdasan
naturalis adalah kemampuan untuk mengerti alam lingkungan dengan baik, dapat
membuat distingsi konsekuensial tain dalam alam natural, kemampuan untuk
memahami dan menikmati alam. Orang dengan kecerdasan ini memiliki daya tarik
yang besar terhadap lingkungan alam sekitar termasuk pada tumbuhan dan
binatang. Di usia yang lebih besar, anak-anak tersebut sangat berminat pada
biologi, botani, ilmu hewan, geologi, meteorologi, palentologi atau astronomi.
C.
Analisis Mengenai Pemikiran Howard Gardner
Berdasarkan
pemaparan tersebut, nampaknya terdapat suatu teori atau pemikiran seorang tokoh
psikolog yang bernama Howard Gardner. Dimana ia berhasil menemukan suatu konsep
mengenai kecerdasan, yakni Kecerdasan Majemuk atau istilah lainnya yaitu
Multiple Intelligences. Ia mengemukakan bahwa setiap individu memiliki banyak
kecerdasan, namun dalam konteks yang berbeda-beda karena potensi serta bakat
seorang individu pada hakikatnya juga berbeda beda.
Terkait dengan
konsep kecerdasan majemuk atau multiple intelligence yang telah dikemukakan
oleh Howard Gardner dari tinjauan definisi kebahasaan, kemudian saya mencoba
untuk menggali makna baru dengan kesimpulan bahwa kecerdasan majemuk atau
multiple intelligence merupakan suatu kemampuan dan potensi seorang individu
dalam memecahkan berbagai problematika atau persoalan sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya. Selain itu, dengan adanya kecerdasan majemuk seorang individu
mampu menggunakan daya kreatifitasnya untuk mencari solusi yang terkait dengan
permasalahan tersebut kemudian ia akan dapat menciptakan suatu produk/hasil
yang lebih efektif dan bernilai tinggi.
Namun lebih
jauh lagi saya melebarkan pandangan bahwa kecerdasan majemuk harus ditanamkan
kepada seorang individu sejak usia dini, minimal saat seorang anak mencapai
jenjang pendidikan tingkat dasar. Mengapa demikian, karena dalam hal ini untuk
membentuk berbagai intelegensi yang dibutuhkan oleh seorang individu,
dibutuhkan pula suatu proses perencanaan dalam mengembangkan berbagai
kecerdasan dengan memperhatikan tentang pemahaman konsep kecerdasan majemuk,
keterssediaan waktu, serta untuk memanfaatkan kesempatan belajar. Kemudian
setiap individu juga mempunyai kapasitas untuk memiliki delapan kecerdasan
tersebut bahkan bisa jadi sembilan kecerdasan. Namun setiap individu pada
umumnya dapat mengembangkan berbagai kecerdasan hingga tingkat penguasaan yang
memadai apabila ia memperoleh dukungan, pelatihan serta pengajaran yang
efisien.
Selanjutnya,
Howard Gardner membagi kecerdasan tersebut menjadi 8 jenis kecerdasan. Namun
setelah melihat di berbagai referensi, ternyata kecerdasan yang dikemukakan
oleh Howard Gardner tersebut ada yang mengatakan terdiri dari 7 kecerdasan
kemudian 8 kecerdasan bahkan ada yang menyebutkan bahwa jenis kecerdasan
majemuk terkelompokkan menjadi 9. Namun hemat saya, pada awalnya Howard Gardner
menemukan tujuh jenis kecerdasan yang kemudian ia mengembangkannya menjadi
delapan kecerdasan. Dimana kecerdasan tersebut antara lain: Intelegensi Linguistik,
Logis-Matematis, Visual-Spasial, Kinestik, Interpersonal, Intrapersonal,
Musikal, dan Naturalis.
Setelah
menimbang terkait dengan konsep yang dikemukakan oleh Gardner tersebut, ternyata
konsep Multiple Intelligence dapat menjadikan seorang individu lebih ‘arif atau
bijaksana dalam memandang perbedaan sehingga menjadikan seorang individu merasa
lebih diterima dan dilayani. Konsep ini “menghapus” mitos anak cerdas dan tidak cerdas, karena menurut
konsep ini, semua anak pada
hakikatnya adalah cerdas, hanya saja setiap individu memiliki potensi, minat dan bakat yang
berbeda-beda dalam mengembangkan konsep kecerdasannya.
Oleh karena
itu, dengan berkembangnya konsep Multiple Intelligences dan dengan
diterimanya teori tersebut dalam dunia pendidikan, maka mau tidak mau seorang
pendidik harus mampu membantu dalam proses tumbuh kembang anak dalam berbagai
rencana, pelaksanaan, dan evaluasi program yang memberi wadah bagi perkembangan
semua jenis kecerdasan mereka. Tugas ini menjadi begitu penting mengingat
perkembangan dan perwujudan semua jenis kecerdasan tersebut dapat bermanfaat bagi
anak dalam mengatasi permasalahan-permasalahan dalam kehidupan serta memperoleh
kehidupan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Elmubarak Zaim. 2013. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung:
CV. Alfabeta
Rahman Siti. 2008. Teori Kecerdasan Majemuk Howard Gardner dan
Pengembangannya. Bangka Belitung: Jurnal Pendidikan Agama Islam. Volume 5.
No. I
Muhibuddin Fadhil. 2016. Pemikiran Howard Gardner dalam
Pendidikan Anak Usia Dini. Indria: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Prasekolah dan Sekolah Awal. Volume 1. No.I
Hafid. 2012. Konsep Kecerdasan Menurut Howard Gardner.
(0nline). (Http://www.google.com/amp/s/itshafid.wordpress.com/2012/07/07/konsep-kecerdasan-menurut-howard-gardner/amp/) diakses pada 13 Maret 2019.
Komentar
Posting Komentar